Denpasar (Antara Bali) - Suguhan parade (kompetisi) gong kebyar memeriahkan Pesta Kesenian Bali selalu mendapat perhatian besar masyarakat setempat maupun wisatawan dalam menikmati liburannya di "Pulau Dewata" itu, kata pengamat dan pelaku seni budaya Bali Kadek Suartaya.

"Parade gong kebyar sejak dimulai tahun 1968 dengan nama Meredangga Uttava, festival gong kebyar se-Bali berlangsung bergemuruh," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu di Denpasar, Rabu. Ia mengatakan peristiwa seni pentas yang awalnya digelar Listibiya Provinsi Bali mampu menyedot perhatian masyarakat "Pulau Dewata".

Festival itu, katanya, pada awalnya melibatkan sekaa-sekaa sebunan (gabungan) yang lebih mengambil peran dan menuai kejayaan, seperti Sekaa Gong Kebyar Belaluan Sadmerta Kota Denpasar, Sekaa Gong Kebyar Jaya Kesuma Banjar Gladag Denpasar, dan Sekaa Gong Kebyar Banjar Pinda, Blahbatuh Kabupaten Gianyar, serta beberapa sekaa gong kebyar dari Bali utara.

Kadek Suartaya mengatakan festival gong kebyar sekarang juga lebih menonjolkan peran sekaa sebunan yang diambil alih dari tim seniman gabungan yang langsung dikoordinasi dan difasilitasi instansi terkait di masing-masing kabupaten/kota.

Gong kebyar sejak pertama kali muncul di Kabupaten Buleleng, Bali utara pada 1915 atau 100 tahun yang silam, cepat populer di masyarakat "Pulau Dewata". "Demam gong kebyar merasuki Bali, membungkam keberadaan bentuk-bentuk seni karawitan lainnya. Pada tahun 1950-an, tidak sedikit ensambel gamelan yang berbahan perunggu dan semarapagulingan dilebur menjadi gong kebyar," katanya.

Kini, katanya, hampir setiap banjar atau desa di Bali memiliki gamelan yang biasanya diukir berprada gemerlap.
"Gong kebyar juga diboyong ke mancanegara, dimainkan oleh para seniman setempat, seperti grup Gong Kebyar Sekar Jaya di Amerika Serikat dan Grup Sekar Jepun di Jepang," ujar Kadek Suartaya. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015