Denpasar (Antara Bali) - Pascal Morabito, seniman asal Prancis tercatat mengoleksi ribuan patung kayu dan perak bernilai seni tinggi asal Pulau Dewata dan daerah lainnya di nusantara.

"Setelah hampir 40 tahun berkarya dan memasuki usia pensiun, saya berencana mengisi sisa hidup di luar Prancis. Pilihan saya jatuh ke Bali karena pulau ini memiliki keindahan alam dan kekayaan seni bernilai tinggi," kata Morabito kepada wartawan di Canggu, Kabupaten Badung, Selasa. 

Karena kecintaannya terhadap Bali, arsitek kelahiran 3 Mei 1945 di Nice, Prancis, sejak tahun 2006 memboyong keluarganya ke pulau seribu pura untuk menetap.

"Di sini saya menemukan suasana damai dan keindahan alam serta keramahan warga masyarakatnya," kata ayah dua putra itu.

Dia mulai memanfaatkan masa pensiunnya di Bali dengan mengumpulkan benda-benda seni dari seluruh Indonesia. "Obsesi saya nanti bisa membuat buku dan musuem di Bali," katanya didampingi dua koleganya, Dewa Rai Budiasa dan Dewa Putra Diasa.

Dari semua koleksi patung dan batu yang ada di vila miliknya, ia mengaku menyimpan barang tersebut setelah melakukan pengamatan secara detail aneka ragam dan bentuk seni, utamanya seni patung.

"Saya melihat bahwa bentuk muka yang tertuang dalam patung-patung sangat berbeda satu daerah dengan daerah lainnya, sebagaimana saya perhatikan wajah orang Indonesia yang berbeda satu sama lain," ujarnya memaparkan.

Dengan mengoleksi semua benda seni, mulai yang berasal dari Aceh, Toraja, hingga Papua termasuk di Bali itu, Morabito mengaku hendak mencari hubungan antara seni, manusia dan Indonesia. "Buku yang saya siapkan terkait kebinekaan di Indonesia (Unity in Diversity)," ujarnya menandaskan.

Hanya saja, diakui Morabito dalam perjalanan mewujudkan obsesi dalam hidupnya itu, sempat lalai dengan membawa barang-barang koleksi pribadinya asal Prancis ke Bali, yakni berupa tengkorak.

Hal yang tidak dibayangkan oleh Morabito ternyata koleksi pribadinya itu berbuntut panjang karena dipersoalkan dan dirinya dikait-kaitkan dengan kasus penadah benda-benda sakral pura yang kini tengah ramai diperbincangkan.

"Saya menyesal kenapa membawa koleksi kepala tengkorak manusia ke sini," katanya serius, dibenarkan sang istri yang setia menemaninya.   

"Saya mengklarifikai bahwa saya bukan penadah benda-benda sakral pura. Tengkorak yang saya bawa ini koleksi pribadi, tidak saya beli di sini. Semua koleksi benda-benda seni milik saya tidak ada yang diperjualbelikan," katanya menepis isu yang mengkaitkan namanya dengan kasus pencurian benda skral pretima.

Meski namanya tersangkut dalam kasus pengiriman tengkorak ke Bali, namun ia mengakui kesalahan yang semata karena ketidaktahuannya. "Saya hargai kerja polisi, saya yakin bisa bekerja secara profesional," katanya menambahkan.

Bahkan dengan tegas ia mengecam mereka yang terlibat pencurian benda sakral pretima di sejumklah pura. Sayangnya, kata dia, justru otak pencurian benda sakral tersebut kabur dan gagal dibekuk polisi.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010