Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 25 poin menjadi Rp13.000 dibandingkan posisi sebelumnya di level Rp12.975 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah melanjutkan pelemahannya setelah data versi ADP (Automatic Data Processing) menunjukkan penambahan tenaga kerja sektor swasta di Amerika Serikat sekitar 212.000 pekerja di bulan Februari," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, penambahan jumlah pekerja yang masih berlangsung itu menunjukan bahwa perekonomian Amerika Serikat perlahan mulai mengalami perbaikan, sehingga mendorong dolar AS meningkat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

Di sisi lain, lanjut dia, penguatan dolar AS juga ditunjang oleh kenaikan imbal hasil atau "yield" obligasi treasury AS beberapa hari terakhir ini, sehingga outlook nilai tukar dolar AS kemungkinan akan mendominasi.

"Imbal hasil obligasi AS yang meningkat itu dipicu oleh kelebihan likuiditas yang dibuat oleh bank sentral Jepang (BoJ), bank sentral Eropa (ECB), dan bank sentral lainnya dalam menerapkan kebijakan moneter longgar, yang akhirnya memicu penguatan dolar AS," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa ekspektasi tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang akan diturunkan kembali seiring dengan tren penurunan suku bunga di beberapa negara memberikan sentimen negatif bagi pergerakan mata uang rupiah. (WDY)

Pewarta: Oleh Zubi Mahrofi

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015