Jakarta (Antara Bali) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu pagi, bergerak melemah sebesar 23 poin menjadi Rp12.493 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp12.470 per dolar AS.

         "Setelah sempat stagnan, mata uang rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS seiring dengan pelaku pasar uang yang sedang menantikan hasil rapat the Fed pada pekan ini," kata Analis dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong di Jakarta, Rabu.

         Ia menambahkan bahwa ekspektasi kenaikan suku bunga AS (Fed rate) masih membayangi laju mata uang rupiah ke depannya, namun diharapkan fundamental ekonomi Indonesia yang masih positif menahan tekanan nilai tukar domestik lebih dalam.

         Menurut dia, mata uang rupiah masih berpotensi kembali masuk ke dalam tren penguatan seiring kebijakan pemerintah yang tetap fokus terhadap pembangunan infrastruktur.

         "Perbaikan infrastruktur akan menopang perekonomian Indonesia dalam jangka panjang," katanya.

         Ia mengharapkan bahwa sentimen konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dapat segera mereda sehingga tidak mengganggu industri investasi di dalam negeri.

         Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa sentimen eksternal yakni meredanya kekhawatiran pasar terkait Yunani yang diekspektasikan tidak akan keluar dari negara kawasan Euro diharapkan mampu mendorong investor kembali masuk ke aset berisiko seiring dengan kebijakan bank sentral Eropa (ECB).

         "Kebijakan pembelian obligasi oleh ECB akan berdampak positif pada aset berisiko, stimulus ECB itu berarti membuat likuiditas bertambah sehingga dana yang akan ditanamkan ke negara-negara yang menghasilkan tingkat imbal hasil besar menjadi tujuan investor," katanya. (WDY)

Pewarta: Oleh Zubi Mahrofi

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015