Negara (Antara Bali) - Warga Desa Yehsumbul, Kabupaten Jembrana mengancam akan menyegel tower operator seluler, karena dianggap ingkar janji terhadap kontribusi ke desa setempat.
"Warga di sekitar tower ini sebenarnya sudah marah, karena investor terkesan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Saya juga kecewa, karena tidak ada konstribusi ke desa," kata Kepala Desa atau Perbekel Yehsumbul, Komang Dentra, saat mengecek tower tersebut, Minggu.
Ia bertambah kecewa, saat Januar, salah seorang petugas teknis tower tersebut tidak mau memberitahu penangggungjawab maupun nomer teleponnya, saat ia tanya.
Menurutnya, petugas itu hanya berjanji akan melaporkan tuntutan warga kepada pimpinannya.
Ia mengungkapkan, sejak berdiri tahun 2006, pengelola belum pernah memberikan konstribusi kepada desa, sesuai peraturan desa setempat.
"Padahal saat sosialisasi ia berjanji memberikan sumbangan pihak ketiga kepada desa, termasuk kompensasi untuk warga penyanding. Saat ini, kami masih bisa menahan emosi warga, tapi kalau pengelola tidak juga menyelesaikan masalah ini, kami tidak tahu lagi. Katanya warga akan menyegel tower ini," ujarnya.
Mawan, salah seorang warga sekitar tower mengatakan, kompensasi yang diberikan pengelola terkesan tebang pilih, karena tidak semua warga penyanding memperolehnya.
Ia mengaku tidak mendapatkan kompensasi, sementara warga di samping dan belakang rumahnya mendapatkan hal tersebut.
"Padahal rumah saya termasuk wilayah yang terdampak tower setinggi 55 meter tersebut. Saya tidak tahu, kenapa pemberian kompensasinya tidak merata," katanya.
Saiful, warga lainnya mengatakan, penyanding bersedia memberikan tandatangan untuk mengajukan izin, karena pengelola berjanji akan memberikan kompensasi, termasuk kontribusi ke desa.
Dua warga tersebut membenarkan, ada rencana masyarakat untuk menyegel tower, karena menganggap investor ingkar janji, baik kepada penyanding maupun desa.
"Sudah berulangkali keluhan ini kami sampaikan ke desa, dan disuruh bersabar karena desa akan berusaha bertemu dengan investor. Tapi kalau kelamaan seperti ini, kesabaran kami bisa habis," kata Mawan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Warga di sekitar tower ini sebenarnya sudah marah, karena investor terkesan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Saya juga kecewa, karena tidak ada konstribusi ke desa," kata Kepala Desa atau Perbekel Yehsumbul, Komang Dentra, saat mengecek tower tersebut, Minggu.
Ia bertambah kecewa, saat Januar, salah seorang petugas teknis tower tersebut tidak mau memberitahu penangggungjawab maupun nomer teleponnya, saat ia tanya.
Menurutnya, petugas itu hanya berjanji akan melaporkan tuntutan warga kepada pimpinannya.
Ia mengungkapkan, sejak berdiri tahun 2006, pengelola belum pernah memberikan konstribusi kepada desa, sesuai peraturan desa setempat.
"Padahal saat sosialisasi ia berjanji memberikan sumbangan pihak ketiga kepada desa, termasuk kompensasi untuk warga penyanding. Saat ini, kami masih bisa menahan emosi warga, tapi kalau pengelola tidak juga menyelesaikan masalah ini, kami tidak tahu lagi. Katanya warga akan menyegel tower ini," ujarnya.
Mawan, salah seorang warga sekitar tower mengatakan, kompensasi yang diberikan pengelola terkesan tebang pilih, karena tidak semua warga penyanding memperolehnya.
Ia mengaku tidak mendapatkan kompensasi, sementara warga di samping dan belakang rumahnya mendapatkan hal tersebut.
"Padahal rumah saya termasuk wilayah yang terdampak tower setinggi 55 meter tersebut. Saya tidak tahu, kenapa pemberian kompensasinya tidak merata," katanya.
Saiful, warga lainnya mengatakan, penyanding bersedia memberikan tandatangan untuk mengajukan izin, karena pengelola berjanji akan memberikan kompensasi, termasuk kontribusi ke desa.
Dua warga tersebut membenarkan, ada rencana masyarakat untuk menyegel tower, karena menganggap investor ingkar janji, baik kepada penyanding maupun desa.
"Sudah berulangkali keluhan ini kami sampaikan ke desa, dan disuruh bersabar karena desa akan berusaha bertemu dengan investor. Tapi kalau kelamaan seperti ini, kesabaran kami bisa habis," kata Mawan.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015