Denpasar (Antara Bali) - Ongkos angkutan khusus untuk wisatawan di Bali yang ditangani secara perorangan hingga kini belum pernah naik sejak bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan oleh permerintahan Jowi Widodo belum pernah berubah.

"Bagaimana menurunkan ongkos angkutan turis di Bali, naik saja belum pernah sejak pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi akhir 2014 lalu," kata sejumlah sopir angkutan wisatawan yang mangkal di sejumlah hotel di kawasan wisata Kuta, Rabu.

"Kami tetap memasang tarif Rp450.000 per hari untuk jenis angkutan kendaraan avansa baik untuk turis asing maupun dalam negeri," ujar Made Sumada, sopir sekaligus pemilik mobil yang khusus melayani turis yang melakukan perjalanan wisata di Bali.

Ia bersama rekannya pernah berniat untuk menaikkan tarif pada akhir tahun 2014 atau saat menyambut kedatangan tahun baru 2015 ternyata tidak bisa akibat turis yang datang ke Bali agak sepi karena aturan pemerintah pembatasan rapat PNS di hotel.

"Dulu memang ramai para pejabat dan pegawai negeri beserta keluarganya melakukan rapat akhir tahun di Bali yang dikaitkan dengan liburan, tetapi akibat adanya pembatasan oleh pemerintah Jokowi maka merembet terhadap angkutan wisata di Bali," ujar Ketut Suka, sopir lainnya.

Adanya upaya pemerintah menurunkan harga BBM sesuai mekanisme pasar luar negeri cukup melegakan para sopir atau pemilik angutan wisata dari rakyat kecil yang banyak bertebaran di kawasan wisata Kuta, Nusa Dua maupun Sanur.

"Kami belum pernah menaikkan atau menurunkan angkos angkutan wisata di Bali," tutur Ketut Suka yang dibenarkan rekan lainnya seperti Made Sumada, sebab tanpa menaikkan tarif angkutan saja, penghasilan berkurang akibat sepi tamu ke Bali.

Jadi turunnya harga BBM sejak awal pekan ini, maka pengeluaran para sopir dan pemilik kendaraan yang disewakan kepada turis akan berkurang, sehingga beban lebih ringan walaupun keuntungan belum bisa meningkat ujar Ketut Suka.

Ketut Suka maupun Made Sumada mengakui hasil dari mengantar turis asing maupun domestik tidakterlalu menguntungkan, tetapi jika ada penumpang singgah ke toko oleh-oleh khas Bali atau ke rumah makan, di sana kami menerima uang tambahan.

Uang tambahan yang diterima dari pengusaha toko oleh-oleh, rumah makan atau tempat hiburan lainnya tidak bisa diharapkan secara tetap, sebab tergantung pada nasib masing-masing, kata Sumada yang mengaku bisa mengantungi "fee" hingga Rp300.000 sehari. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015