Badung (Antara Bali) -- Para pengrajin lampu hias di jalan Tangguban Perahu, di Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali mengeluhkan meningkatnya harga bahan baku menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Kebutuhan bahan baku kini banyak mengalami kenaikan, sementara modal kami sangat terbatas untuk membeli bahan baku," ujar Budi Daryanto, pemilik kios "Gonay Art" di kawasan Kerobokan, Badung, Sabtu.

Sebagai pengrajin lampu hias yang hanya bermodal kecil, kondisi ini sangat mempengaruhi usaha kerajinan dan pendapatan, sementara Pemerintah Kabupaten Badung belum membantu permodalan dan akses pasar khususnya pasar ekspor.

Ia menjelaskan, untuk membuat sebuah lampu hias jenis lampu hias minimalis cukup dengan modal Rp150.000 per unitnya setelah adanya kenaikan bahan baku menjadi Rp300.000 per unitnya.

Sebelum ada kenaikan harga lampu hias minimalis mencapai harga Rp200.000 hingga 250.000 per unitnya dan setelah ada kenaikan harga menjadi Rp350.000 per unitnya, untuk lampu hias topi natural diharga Rp350.000 per unitnya, namun naik menjadi Rp450.000
per unitnya.

Sedangkan lampu hias natural antik diharga Rp400.000 hingga 475.000 per unitnya, namun naik menjadi Rp500.000 hingga Rp800.000 per unitnya.

Padahal dari proses pembuatan hingga akhir kenaikan harga disesuaikan dengan bentuk dan tingkat kerumitan yang ada. Walaupun keuntungan yang didapat sekarang jauh lebih kecil dari keuntungan sebelumnya, yang penting kualitas tetap terjaga dan konsumen ataupun para pelanggan menjadi puas dengan barang yang dibeli ataupun barang yang dipesannya.

Lain halnya Heri yang juga memproduksi lampu hias dan sekaligus seorang penjual di Jalan Tangguban Perahu, Kerobokan, menurutnya harga lampu hias tidak mengalami kenaikan harga, karena bahan dipakai tidak harus barang ataupun produk yang bagus.

Ia menjelaskan, bahan yang dipakai tidak harus bahan yang bersih, malah sering kali memakai limbah kayu serut ataupun sisa limbah industri kecil lainnya. Sepert halnya, limbah mebel dan limbah pemotongan kayu.

Barang-barang seperti itulah yang sering dipakai untuk bahan dasar ataupun barang pendukung untuk pengganti bahan utamanya, karena tingginya bahan utama menjadi faktor pendukung. Selain dari faktor pasar ataupun peminat.

Selain itu juga harus berani bersaing tidak hanya dengan pasar lokal saja melainkan dengan pasar luar negeri.

Untuk lampu hias terdiri atas berbagai tipe dan klasifikasi, sesuai dari tingkat pemakaian dan permintaan, seperti halnya lampu hias patung kuda yang biasanya dijual dengan harga Rp500.000 per unitnya namun setelah ada kenaikan menjadi Rp750.000 per unitnya.

Lampu hias taman diharga Rp300.000 per unitnya, namun setelah ada kenaikan menjadi Rp500.000 per unitnya, sedangkan untuk lampu tidur sebelum ada kenaikan dihargai Rp175.000 hingga Rp250.000 per unitnya namun setelah ada kenaikan menjadi Rp350.000 hingga Rp1.500.000 per unitnya.

Permodalan menjadi faktor utama para pengrajin lampu hias di kawasan Jlalan Tangguban Perahu, Kerobokan, karena kurangnya perhatian dan sosialisasi, ujar Heri. (MFD)

Pewarta: Oleh Mayolus Fajar

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014