New York (Antara Bali) - Apple sedang dalam tahap perundingan awal untuk
menjual iPhone di Iran, jika sanksi dilonggarkan terhadap negara Timur
Tengah itu, lapor Wall Street Journal pada Rabu.
Mengutip beberapa sumber yang tak disebutkan namanya, surat kabar itu mengatakan bahwa Apple telah memulai perundingan dengan beberapa distributor untuk membuka saluran penjualan resmi di Iran jika diizinkan.
Apple saat ini tidak memiliki outlet penjualan atau mitra apa pun di Iran, namun produknya tersedia melalui beberapa penjual tidak resmi, menurut Journal.
Saat ditanyai AFP, Apple menolak memberikan komentar tentang laporan itu.
Menurut surat kabar tersebut, Apple tengah membahas kemungkinan untuk memiliki mitra di Iran untuk menjual produk-produk Iran di “reseller premium,†tanpa membuka toko apa pun bermerek Apple.
Perusahaan itu telah menggunakan model tersebut di beberapa negara lain di Eropa dan Asia.
Jika Apple memasuki pasar tersebut, mereka akan bergabung dengan sejumlah perusahaan yang memburu pasar besar Iran, yang sebagian besar tidak dapat diakses untuk perusahaan-perusahaan AS sejak 1979, saat Washington memberlakukan embargo pertamanya.(MFD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Mengutip beberapa sumber yang tak disebutkan namanya, surat kabar itu mengatakan bahwa Apple telah memulai perundingan dengan beberapa distributor untuk membuka saluran penjualan resmi di Iran jika diizinkan.
Apple saat ini tidak memiliki outlet penjualan atau mitra apa pun di Iran, namun produknya tersedia melalui beberapa penjual tidak resmi, menurut Journal.
Saat ditanyai AFP, Apple menolak memberikan komentar tentang laporan itu.
Menurut surat kabar tersebut, Apple tengah membahas kemungkinan untuk memiliki mitra di Iran untuk menjual produk-produk Iran di “reseller premium,†tanpa membuka toko apa pun bermerek Apple.
Perusahaan itu telah menggunakan model tersebut di beberapa negara lain di Eropa dan Asia.
Jika Apple memasuki pasar tersebut, mereka akan bergabung dengan sejumlah perusahaan yang memburu pasar besar Iran, yang sebagian besar tidak dapat diakses untuk perusahaan-perusahaan AS sejak 1979, saat Washington memberlakukan embargo pertamanya.(MFD)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014