Delft, Belanda (Antara Bali) - Pelajar Sekolah Indonesia
Nederland (SIN) yang tergabung dalam Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)
akan mengibarkan Bendera Merah Putih pada peringatan Hari Kemerdekaan
Indonesia ke-69 yang akan diselenggarakan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Den Haag, Belanda.
Tiga belas siswa skolah menengah tersebut telah dikukuhkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Retno L.P Marsudi pada Jumat (15/8) dalam upacara pengukuhan Paskibra yang dihadiri oleh staf KBRI, para guru SIN serta orang tua siswa.
Pasukan Pengibar Bendera dari KBRI Den Haag terdiri atas lima siswa sekolah menengah pertama kelas IX dan delapan siswa sekolah menengah atas kelas XI dan XII.
Mereka adalah Aurelie Britney (14), Kirana Pitaloka (14), Kitana Pires (15), Nadia Delfi Zafira (13) serta Nastiti Ayu Sayekti (14).
Sementara siswa sekolah menengah atas yang terlibat dalam Paskibra tersebut adalah Abi Asari (16), Ahmad Ghifari (15), Annisa Fadhilah Husna (17), Anwar Permana (16), Fadhila Rosmasari (16), Hagar Masae (17), Radika Febriano (16), dan Roichan Fernandes (16).
"Saya sangat bangga bisa menjadi anggota Paskibra, apalagi upacara pengibaran bendera Merah Putih dilaksanakan di Belanda," kata Radika yang mendapat tugas sebagai pengibar bendera bersama Abi Asari dan Aurelie Briteney.
Kebanggaan juga dirasakan oleh Nadia Delfi Zafira yang menyatakan rasa syukurnya karena terpilih sebagai anggota Paskibra di Belanda.
"Bagi saya, menjadi Paskibra adalah salah satu hal yang bisa saya lakukan untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Selain itu sebagai pelajar saya berusaha untuk selalu belajar dengan baik dan serius agar nantinya bisa berkontribusi untuk Indonesia," kata Nadia yang sudah dua kali menjadi anggota Paskibra di Belanda.
Menurut mereka, latihan yang dijalankan Paskibra cukup berat dan panjang yakni sepanjang Juni dan dimulai lagi pada awal Agustus hingga tiga hari menjelang peringatan 17 Agustus. Para anggota Paskibra dilatih oleh Atase Pertahanan Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag.
Upacara pengukuhan Paskibra tersebut di antaranya dilakukan dengan prosesi mencium bendera Merah Putih, pembacaan sumpah Paskibra serta penyematan lencana Paskibra oleh duta besar.
Radika mengakui dirinya sedikit gugup untuk menjalankan tugas pengibaran bendera, namun kepercayaan dirinya bangkit setelah melewati upacara pengukuhan Paskibra.
"Setelah mencium Merah Putih, rasa percaya diri saya bangkit," ujarnya.
Sebagian besar siswa Sekolah Indonesia Nederland (SIN) telah lebih dari dua tahun tinggal di Belanda mengikuti orang tua mereka. Walaupun telah cukup lama tinggal di negara yang lebih maju dari Indonesia, perasaan rindu akan tanah air tak bisa dielakan.
"Rindu sekali dengan Indonesia. Makanya saya harus menyelesaikan studi saya di sini supaya nanti bisa membawa sesuatu untuk Indonesia," kata Nadia.
Amanat
Menurut Dubes Retno, pengibaran sang Dwi Warna oleh para siswa Paskibra merupakan amanat mulia, terlebih lagi upacara peringatan Hari Kemerdekaan tersebut dilaksanakan di negara kincir angin.
"Indonesia dan Belanda memiliki ikatan sejarah yang cukup kuat. Kita pernah berseberangan dengan mereka, bahkan mereka pernah menduduki Tanah Air kita, namun hubungan Indonesia dan Belanda kini sudah sangat baik," ujar Dubes.
Dia menambahkan tahapan sejarah antara kedua negara harus menjadi sumber pelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
"Belanda adalah tempat belajar yang unik. Dengan memahami ikatan sejarahnya dengan Indonesia, kita akan lebih tahu bagaimana seharusnya kita berjalan demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik," kata Dubes.
Indonesia adalah negara besar dengan kemajemukan suku, agama, budaya dan adat istiadat. Perbedaan ini harus dihargai dan dihormati, bahkan diharmonisasikan untuk Indonesia yang lebih baik, tambahnya.
"Keharmonisan hidup di Indonesia yang majemuk tidak bisa otomatis terwujud. Kita adalah duta bangsa untuk mengharmonisasikan kemajemukan ini. Indonesia milik kita semua," kata Dubes Retno.
Wakil
Kepala Sekolah Indonesia Nederland (SIN), Budi Wahyu Rianto mengatakan sekolah yang terletak di kota Wassenaar (sekitar 54 kilometer barat daya Amsterdam) merupakan perwakilan Indonesia di luar negeri yang turut dalam upacara peringatan hari kemerdekaan dalam bentuk pasukan pengibar bendera.
"Paskibra sudah menjadi tradisi di Belanda. Para siswa dilatih oleh atase pertahanan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda," jelas Budi.
Dia mengatakan, siswa yang bertugas sebagai Paskibra pada 2013 berjumlah 17 orang. Jumlah siswa dalam paskibra bergantung pada jumlah siswa menengah yang bersekolah di SIN, dimana setiap tahun sangat fluktuatif.
Dalam upacara bendera yang akan diselenggarakan di Wisma Duta KBRI di Wassenaar pada 17 Agustus, para siswa dan guru SIN juga akan mempersembahkan aubade lagu-lagu nasional.
Selain terlibat dalam upacara peringatan HUT Republik Indonesia, para siswa SIN juga akan menampilkan pertunjukan seni pada Pesta Rakyat yang merupakan salah satu rangkaian kemeriahan perayaan 17 Agustus.
"Pertunjukan seni ini berupa permainan angklung yang akan dibawakan sekelompok siswa," kata Budi seraya menambahkan salah satu lagu yang akan dimainkan adalah Keroncong Kemayoran khas Betawi (Jakarta).
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang digelar KBRI Den Haag, Belanda terdiri atas kegiatan olah raga berupa perlombaan golf, bowling dan sepeda gembira yang telah digelar sepanjang Juni dan Juli serta awal Agustus.
Sementara itu, upacara detik-detik proklamasi dan penaikan bendera Merah Putih akan diselenggarakan pada 17 Agustus 2014. Pada 20 Agustus 2014 KBRI Den Haag akan mengadakan resepsi diplomatik. Perayaan 17 Agustus akan ditutup dengan Pesta Rakyat atau "Indonesian Day" pada 6 September 2014.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Tiga belas siswa skolah menengah tersebut telah dikukuhkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda Retno L.P Marsudi pada Jumat (15/8) dalam upacara pengukuhan Paskibra yang dihadiri oleh staf KBRI, para guru SIN serta orang tua siswa.
Pasukan Pengibar Bendera dari KBRI Den Haag terdiri atas lima siswa sekolah menengah pertama kelas IX dan delapan siswa sekolah menengah atas kelas XI dan XII.
Mereka adalah Aurelie Britney (14), Kirana Pitaloka (14), Kitana Pires (15), Nadia Delfi Zafira (13) serta Nastiti Ayu Sayekti (14).
Sementara siswa sekolah menengah atas yang terlibat dalam Paskibra tersebut adalah Abi Asari (16), Ahmad Ghifari (15), Annisa Fadhilah Husna (17), Anwar Permana (16), Fadhila Rosmasari (16), Hagar Masae (17), Radika Febriano (16), dan Roichan Fernandes (16).
"Saya sangat bangga bisa menjadi anggota Paskibra, apalagi upacara pengibaran bendera Merah Putih dilaksanakan di Belanda," kata Radika yang mendapat tugas sebagai pengibar bendera bersama Abi Asari dan Aurelie Briteney.
Kebanggaan juga dirasakan oleh Nadia Delfi Zafira yang menyatakan rasa syukurnya karena terpilih sebagai anggota Paskibra di Belanda.
"Bagi saya, menjadi Paskibra adalah salah satu hal yang bisa saya lakukan untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Selain itu sebagai pelajar saya berusaha untuk selalu belajar dengan baik dan serius agar nantinya bisa berkontribusi untuk Indonesia," kata Nadia yang sudah dua kali menjadi anggota Paskibra di Belanda.
Menurut mereka, latihan yang dijalankan Paskibra cukup berat dan panjang yakni sepanjang Juni dan dimulai lagi pada awal Agustus hingga tiga hari menjelang peringatan 17 Agustus. Para anggota Paskibra dilatih oleh Atase Pertahanan Kedutaan Besar Indonesia di Den Haag.
Upacara pengukuhan Paskibra tersebut di antaranya dilakukan dengan prosesi mencium bendera Merah Putih, pembacaan sumpah Paskibra serta penyematan lencana Paskibra oleh duta besar.
Radika mengakui dirinya sedikit gugup untuk menjalankan tugas pengibaran bendera, namun kepercayaan dirinya bangkit setelah melewati upacara pengukuhan Paskibra.
"Setelah mencium Merah Putih, rasa percaya diri saya bangkit," ujarnya.
Sebagian besar siswa Sekolah Indonesia Nederland (SIN) telah lebih dari dua tahun tinggal di Belanda mengikuti orang tua mereka. Walaupun telah cukup lama tinggal di negara yang lebih maju dari Indonesia, perasaan rindu akan tanah air tak bisa dielakan.
"Rindu sekali dengan Indonesia. Makanya saya harus menyelesaikan studi saya di sini supaya nanti bisa membawa sesuatu untuk Indonesia," kata Nadia.
Amanat
Menurut Dubes Retno, pengibaran sang Dwi Warna oleh para siswa Paskibra merupakan amanat mulia, terlebih lagi upacara peringatan Hari Kemerdekaan tersebut dilaksanakan di negara kincir angin.
"Indonesia dan Belanda memiliki ikatan sejarah yang cukup kuat. Kita pernah berseberangan dengan mereka, bahkan mereka pernah menduduki Tanah Air kita, namun hubungan Indonesia dan Belanda kini sudah sangat baik," ujar Dubes.
Dia menambahkan tahapan sejarah antara kedua negara harus menjadi sumber pelajaran bagi masyarakat Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.
"Belanda adalah tempat belajar yang unik. Dengan memahami ikatan sejarahnya dengan Indonesia, kita akan lebih tahu bagaimana seharusnya kita berjalan demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik," kata Dubes.
Indonesia adalah negara besar dengan kemajemukan suku, agama, budaya dan adat istiadat. Perbedaan ini harus dihargai dan dihormati, bahkan diharmonisasikan untuk Indonesia yang lebih baik, tambahnya.
"Keharmonisan hidup di Indonesia yang majemuk tidak bisa otomatis terwujud. Kita adalah duta bangsa untuk mengharmonisasikan kemajemukan ini. Indonesia milik kita semua," kata Dubes Retno.
Wakil
Kepala Sekolah Indonesia Nederland (SIN), Budi Wahyu Rianto mengatakan sekolah yang terletak di kota Wassenaar (sekitar 54 kilometer barat daya Amsterdam) merupakan perwakilan Indonesia di luar negeri yang turut dalam upacara peringatan hari kemerdekaan dalam bentuk pasukan pengibar bendera.
"Paskibra sudah menjadi tradisi di Belanda. Para siswa dilatih oleh atase pertahanan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Belanda," jelas Budi.
Dia mengatakan, siswa yang bertugas sebagai Paskibra pada 2013 berjumlah 17 orang. Jumlah siswa dalam paskibra bergantung pada jumlah siswa menengah yang bersekolah di SIN, dimana setiap tahun sangat fluktuatif.
Dalam upacara bendera yang akan diselenggarakan di Wisma Duta KBRI di Wassenaar pada 17 Agustus, para siswa dan guru SIN juga akan mempersembahkan aubade lagu-lagu nasional.
Selain terlibat dalam upacara peringatan HUT Republik Indonesia, para siswa SIN juga akan menampilkan pertunjukan seni pada Pesta Rakyat yang merupakan salah satu rangkaian kemeriahan perayaan 17 Agustus.
"Pertunjukan seni ini berupa permainan angklung yang akan dibawakan sekelompok siswa," kata Budi seraya menambahkan salah satu lagu yang akan dimainkan adalah Keroncong Kemayoran khas Betawi (Jakarta).
Peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang digelar KBRI Den Haag, Belanda terdiri atas kegiatan olah raga berupa perlombaan golf, bowling dan sepeda gembira yang telah digelar sepanjang Juni dan Juli serta awal Agustus.
Sementara itu, upacara detik-detik proklamasi dan penaikan bendera Merah Putih akan diselenggarakan pada 17 Agustus 2014. Pada 20 Agustus 2014 KBRI Den Haag akan mengadakan resepsi diplomatik. Perayaan 17 Agustus akan ditutup dengan Pesta Rakyat atau "Indonesian Day" pada 6 September 2014.(WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014