Jakarta (Antara Bali) - Memijat wajah anak sejak dini (bayi) merupakan
salah satu bentuk stimulus yang salah satunya bermanfaat bagi kemampuan
berbicaranya.
"Setiap sentuhan di wajah bayi (salah satunya melalui pemijatan) akan mengelola otot di sekitar mulut yang bermanfaat bagi kemampuan bicaranya kelak," ujar Praktisi Neurosains Terapan dr. Anne Gracia di Jakarta, Senin.
Anne memaparkan langkah-langkah yang dapat orang tua lakukan saat memijat wajah bayi mereka.
Pertama, mulailah dari dari arah sudut bibir ke arah telinga. Setelah itu, buatlah putaran-putaran kecil di sekitar pipi.
Kemudian, tekan titik-titik di atas bibir dan bawah bibir. Lalu, lanjutkan ke belakang telinga dan cuping telinga.
Terakhir, pijatlah bagian bawah rahang bayi hingga ke leher bawah.
Lebih lanjut, dr. Anne mengatakan, saat melakukan aktivitas rangsangan melalui pemijatan, muncul kedekatan fisik (wajah) antara ibu dan bayinya yang membuat bayi memiliki rangsangan visual terhadap gerak mulut ibu dan otot wajah untuk membentuk bunyi artikulasi terhadap huruf atau disebut fonem.
Pada awal tahap berbicara, bayi mengeluarkan berbagai bunyi atau yang biasa diawali dengan babling.
Kemampuan bunyi pada organ artikulasi diawali dari bunyi labial (bibir), dental (gigi), dan seterusnya, hingga organ dalam mulut lainnya.
Kemampuan ini berkembang seiring usia anak, dari semula hanya sebatas menyampaikan bunyi-bunyian, hingga menjadi kemampuan menyampaikan suku kata, kata dan selanjutnya menjadi kalimat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Setiap sentuhan di wajah bayi (salah satunya melalui pemijatan) akan mengelola otot di sekitar mulut yang bermanfaat bagi kemampuan bicaranya kelak," ujar Praktisi Neurosains Terapan dr. Anne Gracia di Jakarta, Senin.
Anne memaparkan langkah-langkah yang dapat orang tua lakukan saat memijat wajah bayi mereka.
Pertama, mulailah dari dari arah sudut bibir ke arah telinga. Setelah itu, buatlah putaran-putaran kecil di sekitar pipi.
Kemudian, tekan titik-titik di atas bibir dan bawah bibir. Lalu, lanjutkan ke belakang telinga dan cuping telinga.
Terakhir, pijatlah bagian bawah rahang bayi hingga ke leher bawah.
Lebih lanjut, dr. Anne mengatakan, saat melakukan aktivitas rangsangan melalui pemijatan, muncul kedekatan fisik (wajah) antara ibu dan bayinya yang membuat bayi memiliki rangsangan visual terhadap gerak mulut ibu dan otot wajah untuk membentuk bunyi artikulasi terhadap huruf atau disebut fonem.
Pada awal tahap berbicara, bayi mengeluarkan berbagai bunyi atau yang biasa diawali dengan babling.
Kemampuan bunyi pada organ artikulasi diawali dari bunyi labial (bibir), dental (gigi), dan seterusnya, hingga organ dalam mulut lainnya.
Kemampuan ini berkembang seiring usia anak, dari semula hanya sebatas menyampaikan bunyi-bunyian, hingga menjadi kemampuan menyampaikan suku kata, kata dan selanjutnya menjadi kalimat. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014