Singaraja (Antara Bali) - Umat Hindu diharapkan selalu introspeksi sekaligus mengendalikan diri dalam memaknai Hari Raya Galungan yang jatuh pada Rabu (21/5).
"Introspeksi dan pengendalian diri itu merupakan kemenangan melawan sifat-sifat adharma menuju manusia yang kuat dan selalu berlandaskan dharma," kata Ketua Paruman Walaka (Cendekiawan) Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng Dewa Nyoman Suardana di Singaraja, Rabu.
Dia menjelaskan bahwa hal itu sesuai dengan makna perayaan hari raya yang dirayakan tiap enam bulan sekali itu sebagai kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kebatilan).
Menurut dia, sesuai dengan lontar Sundarigama dijelaskan mengenai Galungan yang merupakan penyatuan rohani agar mendapatkan jalan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran umat.
"Untuk itu umat harus mampu melawan musuh dalam dirinya sendiri termasuk dari luar sebagai wujud pengendalian diri," imbuhnya.
Lebih lanjut dia menyatakan bahwa agak sulit memastikan asal usul hari raya itu. Namun hari raya itu dirayakan tepat pada Rabu Kliwon Wuku Dungulan.
Menurut dia, banyak versi yang berkembang di masyarakat terkait asal usul Galungan, termasuk salah satunya peperangan Dewa Indra yang menang melawan Raja Mayadenawa, raja yang memerintah Bali namun memiliki sifat yang buruk.
Raja itu melarang umat Hindu untuk melakukan persembahyangan sehingga menimbulkan sengsara bagi manusia.
Melalui perang, akhirnya Dewa Indra berhasil mengalahkan Mayadenawa tepat pada Buda (Rabu) Kliwon, Wuku Dungulan yang dirayakan umat Hindu sebagai Hari Raya Galungan, hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kebatilan).
Sementara itu pada perayaan Galungan, sejak pagi umat Hindu di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, mendatangi sejumlah pura untuk melakukan persembahyangan, salah satunya di Pura Jagatnatha Singaraja, umat Hindu khusuk melaksanakan persembahyangan.
Umat Hindu dengan mengenakan pakaian adat dan membawa sesajen berupa sarana upakara yakni buah dan rangkaian janur, menghaturkan sembah bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa baik di pura keluarga, maupun pura yang berada di kawasan teritorial dan pura kahyangan jagat. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Introspeksi dan pengendalian diri itu merupakan kemenangan melawan sifat-sifat adharma menuju manusia yang kuat dan selalu berlandaskan dharma," kata Ketua Paruman Walaka (Cendekiawan) Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng Dewa Nyoman Suardana di Singaraja, Rabu.
Dia menjelaskan bahwa hal itu sesuai dengan makna perayaan hari raya yang dirayakan tiap enam bulan sekali itu sebagai kemenangan Dharma (kebaikan) melawan Adharma (kebatilan).
Menurut dia, sesuai dengan lontar Sundarigama dijelaskan mengenai Galungan yang merupakan penyatuan rohani agar mendapatkan jalan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran umat.
"Untuk itu umat harus mampu melawan musuh dalam dirinya sendiri termasuk dari luar sebagai wujud pengendalian diri," imbuhnya.
Lebih lanjut dia menyatakan bahwa agak sulit memastikan asal usul hari raya itu. Namun hari raya itu dirayakan tepat pada Rabu Kliwon Wuku Dungulan.
Menurut dia, banyak versi yang berkembang di masyarakat terkait asal usul Galungan, termasuk salah satunya peperangan Dewa Indra yang menang melawan Raja Mayadenawa, raja yang memerintah Bali namun memiliki sifat yang buruk.
Raja itu melarang umat Hindu untuk melakukan persembahyangan sehingga menimbulkan sengsara bagi manusia.
Melalui perang, akhirnya Dewa Indra berhasil mengalahkan Mayadenawa tepat pada Buda (Rabu) Kliwon, Wuku Dungulan yang dirayakan umat Hindu sebagai Hari Raya Galungan, hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kebatilan).
Sementara itu pada perayaan Galungan, sejak pagi umat Hindu di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, mendatangi sejumlah pura untuk melakukan persembahyangan, salah satunya di Pura Jagatnatha Singaraja, umat Hindu khusuk melaksanakan persembahyangan.
Umat Hindu dengan mengenakan pakaian adat dan membawa sesajen berupa sarana upakara yakni buah dan rangkaian janur, menghaturkan sembah bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa baik di pura keluarga, maupun pura yang berada di kawasan teritorial dan pura kahyangan jagat. (M038)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014