Denpasar (Antara Bali) - Generasi muda di Pulau Dewata diminta untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi positif dalam persaingan menjelang dibukanya perdagangan bebas ASEAN atau AFTA tahun 2015.

"Kita tidak bisa memagari diri untuk membiarkan orang lain masuk. Itu tidak bisa dihindarkan kecuali mempersiapkan diri menjadi generasi yang kreatif dan inovatif paling tidak dalam lingkup ASEAN," kata Rektor Universitas Udayana, Prof Dr I Ketut Suastika, di Denpasar, Minggu.

Menurut dia, dengan kreativitas dan inovasi, diharapkan mampu menjadi generasi yang terampil dan kompeten di tengah gempuran pasar bebas ASEAN 2015.

Perjanjian AFTA 2015 itu akan memberlakukan satu pasar dengan basis produksi utama di antaranya bebas aliran barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas modal dan aliran bebas tenaga kerja.

Pembangunan ekonomi di Indonesia dan Bali khususnya yang tumbuh semakin baik, membuat para pekerja dari berbagai bidang termasuk para pengusaha di kawasan Asia Tenggara akan mengincar keberuntungan di Pulau Dewata.

Untuk itu, sebagai perguruan tinggi negeri, pihaknya memiliki andil besar dalam menciptakan generasi yang intelektual untuk mempersiapkan diri dalam persaingan dengan negara anggota ASEAN.

"Universitas Udayana juga memiliki tanggung jawab besar dalam melahirkan ahli dan intelektual muda yang berperan dalam mengembangkan ekonomi Bali," imbuh dokter spesialis penyakit dalam itu.

Ia juga tidak menampik bahwa lulusan perguruan tinggi menyumbang tingkat pengangguran per tahun. Untuk itu ia menekankan kepada generasi muda untuk tak segan menciptakan inovasi dalam menciptakan lapangan pekerjaan baru.

"Jangan sampai masih menunggu pekerjaan. Masih banyak pekerjaan tetapi jangan pula memilih-milih pekerjaan," ucapnya.

Lebih lanjut Suastika menjelaskan bahwa Unud sendiri merupakan anggota dari Komite Inovasi Nasional (KIN) yang dibentuk pada Mei 2010 bertugas membantu pemerintah dalam merubah pembangunan ekonomi ke arah lebih baik.

Ia menyatakan bahwa selama 30 tahun terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam yang lebih condong pada pendekatan komparatif bukan keunggulan kompetitif.

"Diharapkan bangsa ini tidak lagi menjual barang mentah dan membeli barang jadi yang mahal. Sedangkan bahan mentahnya sendiri berasal dari negara kita. Tetapi dengan daya inovasi, kita bisa mengolah bahan mentah itu menjadi barang jadi yang diekspor ke luar," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014