Kupang, NTT (Antara Bali) - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr
Ahmad Atang, berpendapat koalisi antara partai-partai politik Islam
dalam mengusung calon presiden sulit diwujudkan, karena tidak ada figur
yang dapat mempersatukan kekuatan Islam.
"Partai cenderung pragmatis, sehingga sulit mempertemukan karena memang tidak ada figur yang diandalkan untuk dapat mempersatukan seluruh kekuatan Islam," kata pembantu rektor I UMK itu di Kupang, Minggu, terkait wacana koalisi partai politik Islam.
Wacana Koalisi Parpol Islam mulai muncul pascapenghitungan suara cepat hasil Pemilu Legislatif 2014, yang dilakukan sejumlah lembaga survei.
Dari Hasil penghitungan cepat itu menunjukkan sejumlah parpol Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) meraih suara cukup signifikan.
Secara sosiologis, kata Atang, Islam Indonesia terpolarisasi dalam segmen Islam santri, abangan dan priyai
Watak ke-Islaman yang demikian tidak mudah digiring ke ranah politik. Watak keIslaman yang nasionalis lebih mendominasi kalangan santri.
Di samping itu, kata dia, ada penyakit Islam Phobi di kalangan umat, sehingga Islam sebagai agama dapat diterima, tetapi Islam sebagai politik sulit diterima.
Karena itu, wacana koalisi partai Islam dalam mengusung capres pada Pemilu Presiden 2014 ini, sangat sulit terwujud.
Apalagi, partai-partai politik memiliki kecenderungan pragmatis untuk mencari kekuasaan, ketimbang berada dalam barisan yang menentang pemerintahan, ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
"Partai cenderung pragmatis, sehingga sulit mempertemukan karena memang tidak ada figur yang diandalkan untuk dapat mempersatukan seluruh kekuatan Islam," kata pembantu rektor I UMK itu di Kupang, Minggu, terkait wacana koalisi partai politik Islam.
Wacana Koalisi Parpol Islam mulai muncul pascapenghitungan suara cepat hasil Pemilu Legislatif 2014, yang dilakukan sejumlah lembaga survei.
Dari Hasil penghitungan cepat itu menunjukkan sejumlah parpol Islam, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) meraih suara cukup signifikan.
Secara sosiologis, kata Atang, Islam Indonesia terpolarisasi dalam segmen Islam santri, abangan dan priyai
Watak ke-Islaman yang demikian tidak mudah digiring ke ranah politik. Watak keIslaman yang nasionalis lebih mendominasi kalangan santri.
Di samping itu, kata dia, ada penyakit Islam Phobi di kalangan umat, sehingga Islam sebagai agama dapat diterima, tetapi Islam sebagai politik sulit diterima.
Karena itu, wacana koalisi partai Islam dalam mengusung capres pada Pemilu Presiden 2014 ini, sangat sulit terwujud.
Apalagi, partai-partai politik memiliki kecenderungan pragmatis untuk mencari kekuasaan, ketimbang berada dalam barisan yang menentang pemerintahan, ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014