Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Prof. Dr. Dewa Ngurah Suprapta berharap ke depan tumbuh berbagai unit sistem pertanian terintegrasi (simantri) yang dapat dikembangkan sepenuhnya oleh masyarakat Bali.

"Jika dilihat dari unit simantri selama ini yang mendapatkan bantuan program tiap unitnya sekitar Rp200 juta dari Pemprov Bali, sesungguhnya sudah bisa jauh meningkatkan pendapatan petani karena mereka dapat memperoleh tambahan penghasilan dengan menjual pupuk organik dan biourine," katanya, di Denpasar, Kamis.

Dengan program yang sudah digagas dan difasilitasi Pemprov Bali sejak 2009 itu, ucap dia, juga memberi keuntungan kepada petani untuk mendapatkan tambahan sapi baru. Sapi yang pada awal program harus sebanyak 20 ekor, seiring dengan waktu sudah banyak yang menghasilkan anakan.

"Apalagi ditambah dengan peningkatan subsidi pupuk organik tahun ini yang ditingkatkan menjadi Rp10 miliar pada petani, menjadikan pupuk organik yang dihasilkan dari simantri dapat lebih dimanfaatkan untuk pertanian dan sekaligus mempercepat terwujudnya cita-cita menuju Bali Organik," ucap Suprapta yang juga Kepala Laboratorium Biopestisida Fakultas Pertanian Unud itu.

Oleh karena itu, Suprapta berharap akan tumbuh juga berbagai unit simantri swadaya yakni simantri yang sepenuhnya dikembangkan oleh masyarakat dan dibiayai sendiri oleh masyarakat.

"Dengan demikian di Bali tidak saja terdapat 1.000 unit simantri seperti yang ditargetkan Gubernur Made Mangku Pastika hingga 2018. Namun akan terdapat ribuan simantri yang benar-benar menjadi salah salah satu penggerak ekonomi Bali dari sektor pertanian," ucapnya.

Peraih penghargaan "Scientific Award" dari Asosiasi Ahli Pertanian Asia Tenggara dan Jepang yang berkantor pusat di Tokyo (ISSAAS) itu menambahkan, jika terwujud simantri swadaya, maka pemerintah dapat memberikan pendampingan dan pembinaan teknis serta supervisi.

Di sisi lain, Suprapta tidak memungkiri masih terdapat kekurangan dari simantri yakni biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi belum bisa dimanfaatkan secara maksimal karena belum mampu ditabungkan.

"Tetapi tahun ini sudah mulai diperbaiki sistem biogasnya agar bisa dimasukkan dalam tabung dan bisa dibawa ke mana-mana. Paling tidak bisa memenuhi kebutuhan anggota dulu, setelah itu jangka panjangnya dapat dijual dalam bentuk tabung," kata Suprapta.

Hingga akhir 2013, di Bali sudah terbentuk 419 unit simantri yang dikelola oleh gabungan kelompok tani (gapoktan) dan tahun ini ditargetkan ada penambahan sekitar 99 unit simantri. (WDY)

Pewarta: Oleh Ni Luh Rhismawati

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014