Jakarta (Antara Bali) - Target Millenium Development Goals (MDGs) pada 2015, agar
tingkat akses air minum bersih mencapai 68,87 persen secara nasional
harus terpenuhi, kata peserta konvensi bakal calon Presiden dari Partai
Demokrat Gita Wirjawan.
Menurut Gita, upaya untuk mencapai target MDGs dalam pemenuhan air bersih juga harus dapat memastikan bahwa masyarakat miskin di seluruh daerah, di Indonesia mendapat kemudahan akses air bersih.
"Menurut laporan pemerintah, masih ada kekurangan cukup besar dari target 68 persen (untuk MDGs). Ini memprihatinkan karena kelompok masyarakat miskin sangat sulit mendapatkan air bersih. Dampaknya, kualitas hidup mereka di bawah standar," ujar dia melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan, minimnya akses air minum bersih dan ketersediaan sanitasi bagi masyarakat miskin juga disebabkan buruknya tata kelola dan reformasi birokrasi di perusahaan daerah. Jika krisis air bersih terus dibiarkan, ujar Gita, dampaknya akan fatal karena dapat mengakibatkan krisis energi.
"Jika kita gagal mengelola dan memaksimalkan sumber daya air yang ada maka muaranya bukan hanya kualitas hidup yang buruk namun juga krisis energi di masa depan," ujarnya.
Menurut dia, pemerataan pertumbuhan ekonomi harus mencakup kebijakan perluasan akses masyarakat miskin terhadap sumber-sumber hajat hidup khalayak umum, termasuk yang paling utama kebutuhan air.
Hari Air Sedunia yang diperingati pada 22 Maret diharapkan jadi momentum bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk memaksimalkan upaya pemenuhan air bersih bagi masyarakat.
"Air simbol utama kehidupan kita. Ini kunci guna memastikan kesejahteraan untuk semua," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Menurut Gita, upaya untuk mencapai target MDGs dalam pemenuhan air bersih juga harus dapat memastikan bahwa masyarakat miskin di seluruh daerah, di Indonesia mendapat kemudahan akses air bersih.
"Menurut laporan pemerintah, masih ada kekurangan cukup besar dari target 68 persen (untuk MDGs). Ini memprihatinkan karena kelompok masyarakat miskin sangat sulit mendapatkan air bersih. Dampaknya, kualitas hidup mereka di bawah standar," ujar dia melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dia mengatakan, minimnya akses air minum bersih dan ketersediaan sanitasi bagi masyarakat miskin juga disebabkan buruknya tata kelola dan reformasi birokrasi di perusahaan daerah. Jika krisis air bersih terus dibiarkan, ujar Gita, dampaknya akan fatal karena dapat mengakibatkan krisis energi.
"Jika kita gagal mengelola dan memaksimalkan sumber daya air yang ada maka muaranya bukan hanya kualitas hidup yang buruk namun juga krisis energi di masa depan," ujarnya.
Menurut dia, pemerataan pertumbuhan ekonomi harus mencakup kebijakan perluasan akses masyarakat miskin terhadap sumber-sumber hajat hidup khalayak umum, termasuk yang paling utama kebutuhan air.
Hari Air Sedunia yang diperingati pada 22 Maret diharapkan jadi momentum bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk memaksimalkan upaya pemenuhan air bersih bagi masyarakat.
"Air simbol utama kehidupan kita. Ini kunci guna memastikan kesejahteraan untuk semua," ujarnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014