Gianyar (Antara Bali) - Upah seniman barong di Kabupaten Gianyar, Bali lebih rendah dari pendapatan seorang pemulung dan pelecehan ini merupakan salah satu contoh temuan soal marjinalisasi seniman di daerah gudang seni itu.

"Berdasarkan penelitian pendapatan seorang pemulung setiap hari mencapai Rp 70 ribu, sedangkan seniman barong diupah cuma Rp 15 Ribu per-hari ini pelecehan," kata Ketua Tim Revitalisasi Gianyar menuju Kabupaten Unggulan di Bidang Seni dan Budaya, Drs I Wayan Geriya, Selasa.

Ia mengatakan hal itu ketika membeberikan masukan Buku cetak biru (blue print) soal revitalisasi seni dihadapan jajaran pemerintah Gianyar.

Terkait persoalan tersebut, anggota tim lainnya Prof Dr Wayan Dibia bersama rekannya atas inisiator Bupati Gianyar, Anak Agung Bharata membuat buku cetak biru soal revitalisasi Gianyar menuju Kabupaten Unggulan di Bidang Seni dan Budaya.

Hal ini dimaksudkan untuk mengangkat seni dan budaya yang selama ini cenderung dilihat sebagai sumber hiburan dan hiasan, namun dihargai murah.

Buku cetak biru dirancang tahun 2013, dan pada tahun 2016 diharapkan sudah melembaga di tengah �tengah masyarakat Gianyar.

"Mari kontrol bersama-sama keberadaan blue print ini sehingga tidak sekedar wacana," ujarnya.

Soal marginalisasi seni di Gianyar juga ditanggapi oleh Prof Dr I Wayan Dibia, SST, MA bahwa selama ini prihatin akan banyaknya seni di Kabupaten Gianyar yang tenggelam di telan bumi.

Seperti misalnya Barong Macan di Desa Serongga, Kelurahan Gianyar, barong ini saat ini sudah tidak ada gaungnya lagi.

"Saya ingat kalau dulu penarinya bisa lompat tembok alami sekali, sekarang sudah tidak ada lagi," katanya.

Tidak hanya itu, seni lainnya yang sudah punah adalah tari Baris Melanpam, tari drama yang semua penarinya tokoh puri ini juga sudah punah. Padahal di tahun 1959 tarian ini sempat dijuluki "baris due".

Dengan dibuatkan blue print ini, secara otomatis asset seni yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar akan didaftarkan Hak Ciptanya sehingga tidak dijiplak begitu saja.

Bupati Gianyar, Anak Agung Bharata mengapresiasi pembuatan buku blue print setebal 150 halaman tersebut atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Gianyar dengan Pusat Kajian Bali, Universitas Udayana.

"Bicara kesenian harus senang, mari kita hidupkan seniman yang lagi mati suri ditengah derasnya kemajuan IT saat ini," ujar pria asal Puri Gianyar itu.

Selain itu, Agung Bharata juga mengajak masyarakat untuk mencari jati diri dengan kegiatan seni.

Sekretaris Dinas Kebudayaan Gianyar, A.A Sri Marwati mengatakan untuk menggolkan Blue Print menuju Gianyar Kabupaten Unggulan di bidang seni dan budaya ini pemerintah menyiapkan dana Rp 60 miliar. (WRA) 

Pewarta: Oleh I Putu Puspa Artayasa

Editor : I Gede Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013