Denpasar (Antara Bali) - Ragam hias elemen dekoratif Bali sanggup beradaptasi secara aktif menerima pengaruh estetika unsur budaya luar termasuk dari mancanegara hingga kemudian menjadi satu kesatuan yang harmonis dan serasi.

"Ragam hias dalam arsitektur tradisional daerah kita antara lain dalam wujud patra China, patra Mesir, patra Ulanda dan patra Wangga," kata praktisi dan pelaku seni di Bali Anak Agung Gede Rai di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, ragam hias dekoratif dalam perbendaharaan ragam hias Bali itu membuktikan adanya hubungan yang baik antara Pulau Dewata dengan bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Eropa di masa lalu.

Seni budaya Bali dalam proses yang berlangsung secara khas itu sangat terbuka dan kondusif untuk perkembangannya di kemudian hari.

Arsitektur tradisional Bali yang diwarisi secara turun temurun dan diperkirakan sudah ada sejak zaman pra sejarah itu dengan ramah menerima pengaruh luar.

Pengaruh luar yang belakangan lebih dikenal dengan istilah kolaborasi itu antara lain arsitektur Bali menerima pengaruh dari China dalam bentuk patram China maupun dari Mesir berupa patram Kuta Mesir.

Semua itu adalah bentuk-bentuk ornamen luar yang secara manis diserap oleh para "undagi", arsitek tradisional Bali yang hingga sekarang tetap eksis mengikuti perkembangan yang ada. (*/ADT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013