Denpasar (Antara Bali) - Belasan keris pusaka yang dipercaya mempunyai kekuatan supra natural diarak keliling lapangan Puputan Badung, diiringi dengan alunan musik tradisional Bali, serangkaian memeriahkan pameran keris Nusantara dan menyambut Hari Tumpek Landep, persembahan khusus untuk keris pusaka.

Kirab belasan keris dari berbagai daerah di Indonesia itu dikemas dalam atraksi budaya, melibatkan seniman tabuh dengan alunan musik khas Bali, mengiring peserta berbusana khas Bali yang masing-masing memegang sebilah keris dengan ukuran panjang.

Keris yang lebih menonjolkan segi estetika, baik bentuk keris maupun sarungnya dengan hiasan ukiran mampu menarik perhatian penonton yang memadati sepanjang jalan di depan museum Bali, tempat pameran keris berlangsung.

"Pameran keris pusaka yang kali ini merupakan yang ketiga dalam kaitan menyambut peringatan (petenget) Tumpek Landep, persembahan suci yang khusus ditujukan untuk keris pusaka," tutur Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar I Wayan Gatra selaku ketua panitia kegiatan tersebut.

Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra yang melepas kirab keris itu sekaligus meluncurkan buku "Jelajah Keris Bali Pusaka Budaya Nusantara" di Museum Bali pada Selasa petang (22/8).

Pameran yang berlangsung selama tiga hari dan hari Tumpek Landep akan dirayakan umat Hindu pada hari Sabtu, 24 Agustus 2013. Upaya menonjolkan kearifan lokal itu tidak semata-mata untuk menambah atraksi wisata, namun pada sisi lain secara tidak langsung mendukung sektor pariwisata, karena mampu menyuguhkan atraksi yang tidak kalah menarik.

Pameran yang mengusung tema "Taksu Keris Bali Pusaka Budaya Nusantara" dan tema payung kirab "Kirab Keris Pusaka Representasi Spirit Taksu Bhineka Tunggal Ika Nusantara" dikemas dengan melibatkan keris milik para kolektor dan pencinta keris dari berbagai daerah di Indonesia.

Kegiatan pameran itu juga dikemas dalam usaha ekonomi kreatif, karena melibatkan 70 perajin keris maupun perajin lain yang menggunakan bahan besi, logam dan emas sebagai bahan bakunya untuk menggelar pameran bersama sekaligus menjual hasil produksinya.

Kegiatan yang digagas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar yang telah berlangsung selama tiga kali dinilai cukup sukses dan dapat lebih ditingkatkan pelaksanaan di masa mendatang.

Oleh sebab itu Pemerintah Kota Denpasar, Bali perlu melakukan terobosan untuk meningkatkan kirab keris pusaka itu dengan melibatkan keris pusaka warisan puri, bekas kerajaan zaman dulu.

Bernilai Estetika

Keris-keris pusaka warisan puri zaman kerajaan itu lebih menonjolkan nilai estetika sebagai salah satu potensi warisan budaya yang selama ini terpendam memiliki manfaat yang tidak ternilai harganya.

Masyarakat termasuk wisatawan yang berkunjung ke Bali tentu ingin mengenal warisan budaya berupa keris pusaka, warisan zaman kerajaan di wilayah Kota Denpasar maupun kabupaten lainnya di Bali.

Hal itu akan memberikan keuntungan kepada banyak pihak, baik kalangan puri, masyarakat dan wisatawan, sekaligus mengandung unsur pendidikan, sekaligus cermin peradaban bangsa Indonesia.

Sejumlah daerah di Indonesia yang pernah mendapat pengaruh dari kerajaan Majapahit, mewarisi berbagai ragam bentuk keris dengan kekhasan masing-masing yang awalnya berfungsi sebagai senjata tikam dalam berperang.

Kekhasan keris pusaka dari masing-masing daerah itu menyangkut penampilan, fungsi, teknik garapan dan peristilahan, masih tersebar di masyarakat hingga sekarang.

Masyarakat yang masih menggunakan keris di daerah bekas pengaruh kerajaan Majapahit antara lain Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, pesisir Kalimantan, sebagian Sulawesi, semenanjung Thailand selatan dan Filipina selatan.

Namun kekayaan dan keragaman keris Nusantara belum diketahui secara pasti, karena tidak ada sumber-sumber tertulis yang deskriptif dari masa sebelum abad ke-15.

Meskipun penyebutan istilah keris telah tercantum dalam prasasti abad ke sembilan masehi, namun kajian ilmiah perkembangan bentuk keris kebanyakan didasarkan atas analisis figur di relief candi.

Keris awalnya berfungsi sebagai senjata tikam golongan belati, yakni berujung runcing dan tajam kedua sisinya kini mempunyai banyak fungsi budaya di kawasan Indonesia bagian barat dan tengah.

Dari segi bentuk mempunyai kekhasan yang mudah dibedakan dengan senjata tajam lainnya, karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar. Bahkan sering kali bilahnya berliku-liku.

Keris memiliki pamor yakni guratan-guratan logam cerah pada helai bilah. Jenis senjata tikam itu mirip dengan keris adalah badik, pada masa lalu berfungsi untuk berperang, sekaligus benda pelengkap upacara.

Namun sekarang penggunaan keris lebih menekankan pada benda aksesori dalam berbusana, simbol budaya atau benda koleksi karena nilai esterikanya.

Jelajah Keris

Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra sebelumnya meluncurkan buku "Jelajah Keris Bali Pusaka Budaya Nusantara", merupakan buku pertama dari tiga buku yang merupakan satu kesatuan yang digarap dalam tiga tahun mendatang.

Buku kedua dan ketiga isinya akan lebih mendalam dari buku pertama yang mengulas tentang keberadaan keris. Buku pertama setebal 108 halaman itu ditulis budayawan dan mantan dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana Wayan Geriya beserta Dr Ida Bagus Rai Putra, Dr Komang Astita dan Komang Sutriawan.

Penerbitan buku tentang keris tersebut dilantarbelakangi begitu besarnya kepedulian masyarakat Bali, khususnya Kota Denpasar terhadap keris sebagai representasi jatidiri.

Selain itu juga memiliki fungsi sosial, nilai kultural spiritual dan taksu, sekaligus bukti respon kreatif terhadap penghargaan UNESCO yang telah menetapkan keris sebagai warisan budaya yang ditetapkan sejak 2005.

Masyarakat bersama Pemerintah Kota Denpasar telah merayakan "Pitenget Rahina tumpek Landep" persembahan khusus untuk keris pusaka sebagai kegiatan multi dimensi sejak tahun 2010.

Kegiatan tersebut antara lain menyangkut ritual, sosial, ekonomi, teknologi, kultural dalam wujud kegiatan pameran keris pusaka, pementasan kesenian, bursa keris, sarasehan keris dan kirab keris pusaka.

Penelitian dan penerbitan buku jelajah keris Bali diharapkan mampu mewujudkan tujuan ganda yakni menyajikan informasi tentang keris Bali secara komperhensif berbasis kajian ilmiah.

Menumbuhkan semangat sadar pusaka dan cinta bangsa serta melestarikan keris sebagai pusaka budaya kaya makna dengan nilai tambah secara ekonomi, ideologi, edukasi dan budaya memperkuat dinamika Denpasar sebagai kota kreatif dan kota pusaka.

Denpasar, ibukota Provinsi Bali kini tercakup dalam jejaring Kota Pusaka Indonesia (JKPI) sekaligus menjadi anggota tetap The Organizational of World Haritage City (OWHC) yang melibatkan lebih dari seribu kota di dunia.

Di Indonesia hanya dua kota yang telah diakui sebagai anggota tetap OWHC, salah satunya lagi adalah Surakarta, Jawa Tengah.

Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra berharap buku berjudul "Jelajah keris Bali" sebagai satu karya monumental bidang pustaka budaya.

Pihaknya memberikan apresiasi karena memperoleh momentum yang tepat tentang dinamika Kota Denpasar sebagai kota kreatif dan kota pusaka yang mengedepankan wawasan budaya.

Peringatan hari Tumpek Landep, ritual persembahan khusus untuk keris pusaka yang dirayakan setiap enam bulan (210 hari) sekali merupakan salah satu hari suci umat Hindu untuk memohon keselamatan kehidupan.

Makna esensial untuk memperkokoh kehidupan harmoni dan bhakti antara manusia terhadap tuhan, alam dan sesama manusia searah dengan filosofi "Tri Hita Karana".

Buku tentang keris Bali itu diharapkan mampu memenuhi ekspektasi publik dalam penguatan dimensi spiritual masyarakat dan bangsa. Selain itu mengokohkan jati diri dan ageman diri sebagai manusia berkarakter, memiliki ketajaman pikiran rasa dan nurani.

Demikian juga mampu menumbuh-kembangkan toleransi, sikap paras-paros berwawasan multikultural dan mengapresiasi nilai-nilai publik yang luhur dan damai, ujar Dharmawijaya Mantra. (LHS)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : Ni Luh Rhismawati


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013