Denpasar (Antara Bali) - India mempromosikan tari Odissi pada Pekan Kesenian Bali (PKB) XXXV di Gedung Sira Nawa Art Centre Denpasar, Selasa malam.
Tarian Odissi yang ditampilkan pada hari keempat PKB itu dalam bentuk tarian klasik berasal dari negara bagian Odishi di wilayah timur India. Tarian itu terkait dengan asal-usul dari kuil setempat.
Pementasan tersebut dilakukan di ruangan tertutup dengan kapasitas sekitar 500 orang. Penonton memenuhi ruangan tersebut, bahkan cukup banyak masyarakat yang rela duduk di lantai untuk bisa menyaksikan pergelaran seni India tersebut.
Sebelum pementasan tarian itu, diawali sajian tarian klasik dengan para penampil berpakaian khas India dan menggunakan puluhan lonceng di setiap kakinya sehingga setiap penari terlihat gagah dan berwibawa.
Para penonton tidak henti-hentinya mengabadikan pertujukan itu dan memberikan tepuk tangan pertanda puas dan mengagumi pementasan seni tersebut.
Dalam pementasan tersebut hadir Konsul Jendral India Mr A.S. Takhi dan beberapa perwakilan negara sahabat yang ada di Bali, serta Kepala Art Centre Denpasar I Ketut Mantra Gandhi.
Tari Odissi sebagian besar berkaitan dengan tema cinta antara Radha dengan Krishna.
Selain itu, tarian tersebut merupakan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memperoleh kebahagiaan sejati.
Hingga saat ini, tarian Odissi tetap dipertahankan oleh para Devadasis (Pelayan Tuhan). Mereka yang terkait dengan Kuil Jagannath merupakan pengikut Dewa Wisnu dan orang-orang di Bhubaneswar merupakan pengikut kuil Siwa.
Pementasan tari Odissi dipersembahkan oleh Ms Supriya Nayak.
Supriya Nayak sudah mempelajari Odissi di "Padmashi and Sanget Natak Akademi Awardee", Guru Segal.
"Sejak 2006 saya tampil di banyak festival-festival besar di India," katanya.
Dia mengaku senang bisa tampil di Bali, karena merupakan ajang yang tepat untuk mempromosikan budaya India kepada masyarakat luas.
"Dengan demikian, nantinya masyarakat akan lebih memahami dan lebih mendalami makna dari pementasan yang dilakukannya selama satu jam tersebut," katanya.
Selain itu, katanya, makin erat kaitan sosial budaya antara masyarakat Hindu di India dengan Bali yang juga mayoritas masyarakatnya memeluk Hindu. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013
Tarian Odissi yang ditampilkan pada hari keempat PKB itu dalam bentuk tarian klasik berasal dari negara bagian Odishi di wilayah timur India. Tarian itu terkait dengan asal-usul dari kuil setempat.
Pementasan tersebut dilakukan di ruangan tertutup dengan kapasitas sekitar 500 orang. Penonton memenuhi ruangan tersebut, bahkan cukup banyak masyarakat yang rela duduk di lantai untuk bisa menyaksikan pergelaran seni India tersebut.
Sebelum pementasan tarian itu, diawali sajian tarian klasik dengan para penampil berpakaian khas India dan menggunakan puluhan lonceng di setiap kakinya sehingga setiap penari terlihat gagah dan berwibawa.
Para penonton tidak henti-hentinya mengabadikan pertujukan itu dan memberikan tepuk tangan pertanda puas dan mengagumi pementasan seni tersebut.
Dalam pementasan tersebut hadir Konsul Jendral India Mr A.S. Takhi dan beberapa perwakilan negara sahabat yang ada di Bali, serta Kepala Art Centre Denpasar I Ketut Mantra Gandhi.
Tari Odissi sebagian besar berkaitan dengan tema cinta antara Radha dengan Krishna.
Selain itu, tarian tersebut merupakan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan untuk memperoleh kebahagiaan sejati.
Hingga saat ini, tarian Odissi tetap dipertahankan oleh para Devadasis (Pelayan Tuhan). Mereka yang terkait dengan Kuil Jagannath merupakan pengikut Dewa Wisnu dan orang-orang di Bhubaneswar merupakan pengikut kuil Siwa.
Pementasan tari Odissi dipersembahkan oleh Ms Supriya Nayak.
Supriya Nayak sudah mempelajari Odissi di "Padmashi and Sanget Natak Akademi Awardee", Guru Segal.
"Sejak 2006 saya tampil di banyak festival-festival besar di India," katanya.
Dia mengaku senang bisa tampil di Bali, karena merupakan ajang yang tepat untuk mempromosikan budaya India kepada masyarakat luas.
"Dengan demikian, nantinya masyarakat akan lebih memahami dan lebih mendalami makna dari pementasan yang dilakukannya selama satu jam tersebut," katanya.
Selain itu, katanya, makin erat kaitan sosial budaya antara masyarakat Hindu di India dengan Bali yang juga mayoritas masyarakatnya memeluk Hindu. (WRA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013