Denpasar (Antara Bali) - Akademisi menilai bahwa Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia hingga sekarang belum memiliki gedung pementasan yang permanen, maju, nyaman dan inovatif sebagai arena pementasan kesenian untuk turistik.

"Panggung pementasan tari kecak dan barong seperti `patah tumbuh hilang berganti` sesuai kebutuhan," kata guru besar Fakultas Sastra Universitas Udayana prof Dr I Nyoman Darma Putra di Denpasar, Selasa.

Pengamat pariwisata dan seni budaya Bali itu mencontohkan, tutupnya panggung tari kecak di Tanjung Bungkak dan Art Centre digantikan panggung kecak di Uluwatu atau Garuda Wisnu Kencana.

Demikian pula tutupnya panggung barong di Singapadu, Kabupaten Gianyar, digantikan dengan panggung barong di Kesima, Denpasar, juga tidak mampu bertahan dalam waktu yang cukup lama.

Darma Putra, alumnus S-3 University of Queensland Australia menambahkan, jika diamati dengan saksama, panggung-pangung pertunjukan yang pernah ada itu tidak mencerminkan kemajuan selera modern.

Kondisi demikian jauh berbeda dengan pertunjukan untuk wisatawan di perkampungan budaya di ShenZhen atau kota lain di China, yang berdecak kagum menyaksikan pementasan kesenian khas China yang spektakuler, kolosal, dan inovatif. (*/ADT)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Nyoman Aditya T I


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2013