Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyampaikan meski tomat menjadi salah satu pemberi andil inflasi pada November 2024, nyatanya ada dampak baik yang dirasakan petani.

Plt Kepala BPS Bali Kadek Agus Wirawan di Denpasar, Senin, menyebut tomat sebagai komoditas tertinggi ketiga penyumbang inflasi dengan andil 0,11 persen, namun di sisi lain indeks harga yang diterima petani mengalami kenaikan berkat tomat penyumbang utamanya.

“Kenaikan harga komoditas menyebabkan inflasi, tapi dinikmati petani, contoh tomat mengalami peningkatan menyebabkan inflasi, harus dicari jalan tengahnya agar masyarakat tidak merasa terlalu berat, petani juga bisa menikmati perubahan harga,” kata dia.

Kenaikan harga di tingkat konsumen yang berdampak baik bagi petani juga sempat terjadi sebelumnya pada komoditas kopi, namun tak selalu begitu.

BPS Bali juga melihat komoditas bawang merah, daging babi, dan buncis, yang juga penyumbang inflasi di masyarakat justru ikut menjadi penyumbang meningkatnya biaya yang harus dibayar petani bukan yang diterima.

Untuk bawang merah, menurut Kadek Agus ini masuk daftar inflasi November sebab harga yang murah saat musim panen Oktober menjadi naik ke harga normal membuat persentase kenaikannya tinggi.

Baca juga: BPS catat wisman ke Bali 4,7 juta kunjungan sampai September 2024

Selain harganya normal di tingkat petani, BPS Bali juga hanya mencatat tiga komoditas penyumbang, sehingga komoditas inflasi bisa saja menjadi penyumbang indeks yang diterima petani namun angkanya tak begitu tinggi sampai masuk tiga tertinggi.

Inflasi Bali sendiri pada November 2024 secara bulan ke bulan sebesar 0,5 persen dengan lima komoditas utama yang mempengaruhi kenaikan harga yaitu bawang merah dengan andil 0,15 persen, disusul daging babi dan tomat 0,11 persen, daging ayam ras 0,09 persen, dan buncis 0,03 persen.

Untuk nilai tukar petani dihitung dari indeks harga yang diterima petani sebesar 122,05 atau naik 1,56 persen dari kondisi Oktober dipengaruhi utamanya oleh komoditas tomat, cengeh, dan jeruk, dan indeks harga yang dibayar petani sebesar 123,13 atau naik 1,2 persen disebabkan oleh komoditas bawang merah, buncis, dan daging babi.

“Perkembangan indeks nilai tukar petani (NTP) ini indikator proxy terhadap tingkat kesejahteraan petani, ini menghasilkan nilai tukar petani 99,13 atau naik 0,35 persen dari Oktober,” ujar Kadek Agus.

Baca juga: BPS Bali: Tanaman hortikultura masuk penyumbang inflasi

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024