Gedung Putih pada Rabu (2/10) memastikan kematian seorang warga negara Amerika Serikat di Lebanon, dan menyebutnya sebagai "tragedi" di tengah invasi Israel di negara kecil di wilayah Mediterania tersebut.
"Kami sangat sedih atas kematian Kamel Ahmad Jawad dan kami turut berduka cita kepada keluarga dan sahabatnya. Kematiannya merupakan tragedi, seperti juga kematian banyak warga sipil di Lebanon," kata seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional kepada Anadolu tanpa bersedia disebutkan namanya.
Gedung Putih tidak merinci penyebab kematiannya, tetapi putrinya, Nadine Jawad, mengatakan bahwa ayahnya tewas dalam serangan udara Israel saat ayahnya itu "mencoba menyelamatkan orang-orang yang tidak berdosa di kampung halamannya di Nabatieh, Lebanon."
"Kami merasa terhormat atas pengorbanan ayah saya. Di beberapa hari terakhirnya, dia memilih untuk tinggal di dekat rumah sakit utama di Nabatieh untuk membantu para lansia, penyandang disabilitas, korban cedera dan mereka yang tidak mampu secara finansial untuk pergi," tulisnya dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Instagram.
"Dia bertindak sebagai wali mereka, menyediakan makanan, kasus dan kenyamanan lain, dan melunasi utang mereka secara anonim," lanjutnya dalam pernyataan itu.
"Saya sering bertanya kepadanya apakah dia takut, dan dia berulang kali mengatakan kepada saya bahwa kita tidak perlu takut karena dia melakukan apa yang paling ia cintai: membantu orang lain hidup di tanah yang paling ia cintai," tambahnya.
Nabatieh merupakan sebuah kota pedalaman kecil yang berada di Lebanon timur.
Putri Jawad itu mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang warga negara AS tetapi itu "tidak seharusnya membuat riwayatnya lebih penting dibandingkan orang lain." Anaknya itu juga menambahkan nyawa ayahnya "adalah salah satu dari 50 ribu lebih nyawa yang terenggut akibat agresi Israel di Timur Tengah."
Kamel Ahmad Jawad merupakan penduduk Dearborn, Michigan, dan pemakamannya dijadwalkan akan berlangsung pada Minggu (6/10) pukul 3 sore waktu setempat (atau Senin, 7/10 pukul 02.00 WIB) di Islamic Center of America di pinggiran Kota Detroit.
Kabar kematian Jawad muncul saat Israel memulai invasi darat di Lebanon setelah melancarkan gelombang serangan udara yang kian meningkat di seluruh Lebanon yang telah menewaskan lebih dari seribu orang dan melukai lebih dari 2.950 lainnya sejak 23 September.
Israel mengatakan serangan itu ditujukan untuk sasaran Hizbullah, tetapi sekitar seperempat korban tewas adalah perempuan dan anak-anak, menurut perhitungan resmi Lebanon.
Sementara itu, delapan tentara Israel tewas pada Rabu dalam bentrokan mereka dengan pejuang Hizbullah dalam serangkaian serangan yang berlangsung di wilayah Lebanon di dekat perbatasan Israel.
Sumber: Anadolu-OANA
Baca juga: Presiden Jokowi minta segera evakuasi WNI dari Lebanon
Baca juga: 55 orang tewas, 156 terluka dalam 24 jam serangan udara Israel di Lebanon
Baca juga: Presiden Jokowi kecam keras serangan Israel ke Lebanon
Baca juga: Sekjen PBB Guterres dilarang rezim Zionis untuk masuk ke Israel
Baca juga: PBB sebut larangan ke Israel bagi Sekjen Guterres, 'serangan lain untuk PBB'
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024
"Kami sangat sedih atas kematian Kamel Ahmad Jawad dan kami turut berduka cita kepada keluarga dan sahabatnya. Kematiannya merupakan tragedi, seperti juga kematian banyak warga sipil di Lebanon," kata seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional kepada Anadolu tanpa bersedia disebutkan namanya.
Gedung Putih tidak merinci penyebab kematiannya, tetapi putrinya, Nadine Jawad, mengatakan bahwa ayahnya tewas dalam serangan udara Israel saat ayahnya itu "mencoba menyelamatkan orang-orang yang tidak berdosa di kampung halamannya di Nabatieh, Lebanon."
"Kami merasa terhormat atas pengorbanan ayah saya. Di beberapa hari terakhirnya, dia memilih untuk tinggal di dekat rumah sakit utama di Nabatieh untuk membantu para lansia, penyandang disabilitas, korban cedera dan mereka yang tidak mampu secara finansial untuk pergi," tulisnya dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Instagram.
"Dia bertindak sebagai wali mereka, menyediakan makanan, kasus dan kenyamanan lain, dan melunasi utang mereka secara anonim," lanjutnya dalam pernyataan itu.
"Saya sering bertanya kepadanya apakah dia takut, dan dia berulang kali mengatakan kepada saya bahwa kita tidak perlu takut karena dia melakukan apa yang paling ia cintai: membantu orang lain hidup di tanah yang paling ia cintai," tambahnya.
Nabatieh merupakan sebuah kota pedalaman kecil yang berada di Lebanon timur.
Putri Jawad itu mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang warga negara AS tetapi itu "tidak seharusnya membuat riwayatnya lebih penting dibandingkan orang lain." Anaknya itu juga menambahkan nyawa ayahnya "adalah salah satu dari 50 ribu lebih nyawa yang terenggut akibat agresi Israel di Timur Tengah."
Kamel Ahmad Jawad merupakan penduduk Dearborn, Michigan, dan pemakamannya dijadwalkan akan berlangsung pada Minggu (6/10) pukul 3 sore waktu setempat (atau Senin, 7/10 pukul 02.00 WIB) di Islamic Center of America di pinggiran Kota Detroit.
Kabar kematian Jawad muncul saat Israel memulai invasi darat di Lebanon setelah melancarkan gelombang serangan udara yang kian meningkat di seluruh Lebanon yang telah menewaskan lebih dari seribu orang dan melukai lebih dari 2.950 lainnya sejak 23 September.
Israel mengatakan serangan itu ditujukan untuk sasaran Hizbullah, tetapi sekitar seperempat korban tewas adalah perempuan dan anak-anak, menurut perhitungan resmi Lebanon.
Sementara itu, delapan tentara Israel tewas pada Rabu dalam bentrokan mereka dengan pejuang Hizbullah dalam serangkaian serangan yang berlangsung di wilayah Lebanon di dekat perbatasan Israel.
Sumber: Anadolu-OANA
Baca juga: Presiden Jokowi minta segera evakuasi WNI dari Lebanon
Baca juga: 55 orang tewas, 156 terluka dalam 24 jam serangan udara Israel di Lebanon
Baca juga: Presiden Jokowi kecam keras serangan Israel ke Lebanon
Baca juga: Sekjen PBB Guterres dilarang rezim Zionis untuk masuk ke Israel
Baca juga: PBB sebut larangan ke Israel bagi Sekjen Guterres, 'serangan lain untuk PBB'
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024