Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis (26/9) mendesak para pemimpin dunia meningkatkan dukungan terhadap badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), penyedia layanan penting bagi hampir 6 juta orang.
Pertemuan tingkat tinggi yang diselenggarakan bersama oleh Yordania dan Swedia untuk mendukung UNRWA diadakan di sela-sela Sidang Umum PBB di New York. Dalam kesempatan tersebut, Guterres menggambarkan situasi di Jalur Gaza sebagai sesuatu yang "tak terbayangkan."
"Kita telah gagal dalam membantu warga Gaza. Mereka berada di dalam neraka yang semakin memburuk dari hari ke hari," katanya.
Dia menekankan bahwa "tidak ada pilihan lain bagi UNRWA" dan mendesak semua negara anggota PBB untuk "bekerja di segala lini untuk meningkatkan dukungan bagi misi penting badan ini."
Guterres mengatakan bahwa UNRWA "bukanlah solusi jangka panjang yang berkelanjutan bagi nasib pengungsi Palestina," dan mengulangi tuntutannya untuk segera mengadakan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, pembebasan sandera, serta solusi politik dua negara antara Palestina dan Israel dengan Yerusalem sebagai ibu kota kedua negara.
"Tapi hingga saat itu tiba, UNRWA tetap sangat diperlukan," katanya, mendesak negara-negara untuk memberikan "dukungan penuh."
Pemimpin PBB itu mengatakan bahwa dua juta warga Palestina terdesak dalam area kecil, hidup di tengah "danau limbah, tumpukan sampah, dan gunung puing-puing," serta memperingatkan bahwa "satu-satunya kepastian adalah bahwa hari esok akan lebih buruk."
"Namun, jika ada harapan di dalam neraka ini, itu adalah UNRWA," katanya.
Badan tersebut menghadapi tantangan besar di tingkat operasional dan politik, menurut Guterres, yang mengatakan bahwa "222 rekan UNRWA telah tewas, banyak di antaranya bersama seluruh keluarga mereka, beberapa saat sedang bertugas," dan ini merupakan "jumlah korban tewas tertinggi dalam sejarah PBB."
Guterres menyoroti "kampanye (militer) dari Israel yang mendiskreditkan pekerjaan penyelamatan jiwa yang dilakukan UNRWA," serta mencatat keputusan parlemen Israel, Knesset, yang mengklasifikasikan UNRWA sebagai organisasi teroris.
"Di tengah kondisi bencana ini, UNRWA tetap bertahan," katanya.
Kepala PBB itu menyatakan "keyakinan penuh pada komitmen berkelanjutan UNRWA untuk menjunjung prinsip-prinsip kemanusiaan seperti netralitas, ketidakberpihakan, dan kemanusiaan serta untuk melaksanakan rekomendasi dari Tinjauan Independen oleh Catherine Colonna."
Dia mengatakan negara-negara anggota PBB juga menunjukkan kepercayaan yang sama terhadap badan tersebut.
"Hampir semua donor telah membatalkan penangguhan pendanaan mereka," katanya. "Ini menegaskan konsensus bahwa peran UNRWA di Tepi Barat dan kawasan lainnya sangat penting."
Sumber: Anadolu
Baca juga: Sekitar 110.000 warga mengungsi dari Rafah
Baca juga: Amerika kutuk serangan Israel pada pusat pelatihan PBB di Gaza
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024