Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin melalui Arbovirus Summit atau pertemuan para pakar kesehatan global ingin menunjukkan bukti pentingnya inovasi wolbachia dalam menekan kasus demam berdarah (DBD).

“Jadi Brazil serius mengenai demam berdarah dan masif pakai wolbachia, padahal itu percontohan pertama dunia di Yogya, sedih kan kita sebagai orang Indonesia melihatnya negatif terus padahal negara lain sudah pakai,” kata dia di Denpasar, Bali, Senin.

Dalam Arbovirus Summit, dibahas mengenai kasus demam berdarah yang menerpa negara-negara dunia salah satunya Brazil, atas kondisi tersebut negara itu menerapkan inovasi wolbachia, sehingga menurut Menkes nyamuk berwolbachia bukan sekadar opini.

Lebih jauh, negara tersebut diketahui memiliki kasus demam berdarah berkali-kali lipat dari Indonesia, di mana orang yang terpapar mencapai jutaan orang dan yang meninggal ratusan ribu orang setahun, sedangkan Indonesia masih di angka seratusan ribu kasus dan sekitar 400 meninggal dunia.

Baca juga: Guru Besar UI: Bakteri Wolbachia tidak menginfeksi manusia

Menurut Menkes Budi, berdasarkan pengalaman negara lain dan diskusi pakar dalam Arbovirus ini akan menjadi bukti ilmiah bahwa nyamuk berwolbachia penting untuk segera diimplementasikan.

Salah satu yang disinggung adalah Bali, provinsi yang sempat melakukan uji coba namun dibantah sejumlah masyarakat karena takut dengan dampak dari penyebaran inovasi wolbachia.

Ia berharap, dari pertemuan pakar kesehatan global hingga mendatangkan negara-negara berpengalaman ini dapat lebih membuka pikiran masyarakat dalam menerima inovasi tersebut.

Ia mencontohkan Yogyakarta, ketika daerah lain termasuk Bali kian melonjak kasus demam berdarahnya, daerah istimewa tersebut justru stabil kasusnya berkat sejak lama menggunakan inovasi wolbachia.

“Sebenarnya itu (dampak buruk wolbachia) kabar burung, itu Brazil Rio de Janeiro kurang sensistif apa pariwisiatanya, tapi kita sekarang tetap jalankan di Bandung, Jakarta, dan Kupang, saya berharap nanti teman-teman Bali bisa disadarkan kembali, bicaranya berbasis bukti ilmiah bukan opini,” ujar dia.

Baca juga: Akademisi Unud: Metode Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan

Dalam pertemuan internasional di KEK Kura-kura Bali itu, Menkes Budi terlibat dalam sebuah dialog bersama menteri dan delegasi kesehatan dari negara lain, seperti Timor Leste, Filipina, dan Brazil.

Di tempat itu, mereka bertukar pikiran perihal upaya menekan demam berdarah yang kian melonjak di kawasan Asia Tenggara dan Amerika.

Dalam hal ini, Budi Gunadi bercerita soal upaya surveilans Indonesia, di mana untuk teknologi dan konsep dirasa sama dengan kebanyakan negara namun Indonesia dianugerahi metode yang lebih jauh menyasar akar rumput, yaitu pemanfaatan puskesmas dan posyandu.

Selain berdiskusi, Arbovirus Summit juga dirangkai dengan pemberian sertifikat kelulusan dari GISAID Academy, program pendidikan dari institusi yang mengumpulkan berbagai informasi data influenza untuk kepentingan banyak negara.
 

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2024