Nusa Dua (Antara Bali) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad terkesan merendah saat bertemu Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Pol Sutarman dan Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Andhi Nirwanto di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa.

"Kalau KPK dianggap berhasil (melakukan pemberantasan korupsi), maka hal itu adalah keberhasilan teman-teman di kepolisian dan kejaksaan," kata Abraham dalam Rapat Koordinasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Bareskrim Polri, Kejakgung, dan seluruh bupati/wali kota se-Indonesia timur di BICC Nusa Dua itu.

Ia mengemukakan bahwa korupsi yang merupakan kejahatan luar biasa dan masif, tidak bisa diberantas sendiri oleh KPK. "KPK tidak mampu menangani kasus korupsi sendirian. Keberhasilan KPK karena ada dukungan kuat dari seluruh penyidik KPK yang berasal dari kepolisian dan kejaksaan," katanya dalam acara yang difasilitasi oleh BPK Perwakilan Bali itu.

Terkait penarikan sejumlah penyidik KPK ke Mabes Polri, Abraham mengakui sangat berpengaruh terhadap kinerja lembaganya itu.

"Oleh karena itu, kami telah membuat `road map` bahwa penanganan korupsi berdasarkan skala prioritas. Hanya `grand corruption` dengan indikator jumlah kerugian negara dan pelaku sebagai pengambil kebijakan yang akan kami tangani," katanya.

Menurut dia, pemberantasan tindak pidana korupsi yang paling efektif adalah pencegahan, bukan penindakan. Ia menyebutkan bahwa pada 2011 upaya pencegahan yang dilakukan KPK telah berhasil menyelamatkan uang negara senilai Rp152,9 triliun, sedangkan upaya penindakan hanya berhasil menyelamatkan Rp134,7 miliar.

Pertemuan Abraham dan Sutarman dalam satu meja itu menarik perhatian publik. Apalagi pertemuan itu berlangsung sehari setelah KPK menahan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Pol Djoko Susilo dalam kasus dugaan korupsi pengadaan alat simulasi kemudi kendaraan roda empat di Rutan Guntur, Jakarta, Senin (3/12). (M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012