Nusa Dua (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia berharap dukungan dari "Quacquarelli Symonds-Asia Pacific Professional Leader in Education" (QS-APPLE) untuk turut memajukan sektor pertanian nasional melalui riset dan inovasi teknologi.

"Kami sangat berharap pertemuan ini bisa memperkuat kerja sama perguruan tinggi untuk mendukung sektor pertanian nasional," kata Menteri Pertanian Suswono saat menutup Konferensi Pemimpin Profesional Lembaga Pendidikan yang difasilitasi oleh lembaga pemeringtakan perguruan tinggi dunia "Quacquarelli Symonds" itu di Nusa Dua, Bali, Jumat.

Kementan berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama penelitian pertanian dengan perguruan tinggi nasional dan organisasi penelitian internasional dalam menerapksan sistem produksi komoditas strategis dan mitigasi perubahan iklim serta adaptasi teknologi yang telah menjadi program prioritas pembangunan nasional.

"Inovasi dan teknologi tidak hanya untuk meningkatkan efisiensi, tetapi juga melestarikan sumber daya alam yang langka. Apalagi teknologi pertanian telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.

Selama ini teknologi pertanian di Indonesia ditopang oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dalam periode 2005-2009, badan tersebut telah mampu menghasilkan 196 varietas unggul padi, 46 varietas unggul jagung, 64 varietas unggul kedelai, tujuh strain baru untuk kambing, domba, ayam, dan bebek, 13 vaksin teknologi, delapan antigen, 10 kit diagnostik dan teknik pengujian penyakit, serta lima varietas unggul tebu.

"Teknologi pertanian sangat dibutuhkan oleh petani lokal untuk meningkatkan produktivitas. Ini menjadi tantangan bagi lembaga pendidikan tinggi," kata Mentan.

Dalam kesempatan itu, dia mengemukakan bahwa Indonesia menargetkan swasembada pangan pada 2014. Namun, sayangnya hal itu tidak didukung oleh ketersediaan lahan dan saluran irigasi yang memadai sebagai dampak dari perluasan wilayah perkotaan.

Belum lagi ketergantungan pada kedelai impor akibat produktivitas kedelai nasional terus menurun dari 1,3 juta hektare lahan pada 1990 menjadi 0,6 juta hektare pada tahun ini.

Padahal sekitar 20 juta hektare, khususnya kelapa sawit, karet, kakao, teh, dan lada telah memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bagian dari tuntutan pasar internasional.

Tantangan lain yang dihadapi pemerintah berkaitan dengan distribusi tanah dan jumlah orang yang dipekerjakan di bidang pertanian. Jumlah total orang yang dipekerjakan di sektor pertanian relatif stabil selama dua dekade terakhir, 41,6 juta pada tahun 2009 dibandingkan dengan 42.300.000 pada tahun 1990.

Pada tahun 2009, rasio tanah untuk tenaga kerja pertanian berkisar dari hampir lima hektare per pekerja di Kalimantan hingga di bawah 0,4 hektare di Jawa. Pada 2010 rasio tanah dan pekerja pertanian di Indonesia sebesar 558 meter persegi atau lebih rendah dari Vietnam yang mencapai 960 meter persegi, Thailand (5.230 meter persegi), dan India (1.230 meter persegi).

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam kesempatan tersebut mendorong lembaga perguruan tinggi terus memperbaiki kualitasnya karena pada masa-masa mendatang Indonesia akan menjadi primadona bagi investor asing.

"Pada 2030 Indonesia akan berada pada posisi tujuh besar perekonomian dunia. Pada saat itu dibutuhkan 113 juta tenaga terampil dan berpeluang mendapatkan investasi asing senilai 1,8 miliar dolar AS di sektor jasa, pertanian, perikanan, sumber daya alam, dan pendidikan. Saat ini Indonesia masih berada di posisi 16 besar perekonomian dunia dan baru tersedia sekitar 55 juta tenaga terampil. Inilah tantangan bagi lembaga perguruan tinggi," katanya.

Konferensi QS-APPLE pada 14-16 November 2012 di BICC Nusa Dua itu diikuti 500 ahli pendidikan dari 48 negara. Konferensi yang dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim, Rabu (14/11) itu juga diisi dengan pameran pendidikan dari sejumlah perguruan tinggi di kawasan Asia Pasifik.(M038)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012