Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Nyoman Suarka mengatakan bahwa perlu upaya bersama untuk mempertahankan eksistensi bahasa dan sastra Jawa Kuno atau yang oleh masyarakat Bali dikenal sebagai bahasa Kawi

"Secara akademik bahasa ini dikenal sebagai bahasa Jawa Kuno, namun di masyarakat sering dikenal dengan bahasa Kawi. Bahasa ini spesial, karena digunakan pada kebanyakan lontar di Bali," kata Prof Suarka dalam keterangan tertulisnya di Denpasar, Rabu.

Demikian pula berbagai konsep kehidupan, mulai dari konsep kehidupan sehari-hari hingga konsep mendasar dari dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika diambil dari khazanah bahasa dan sastra Jawa Kuno.

Menurut Suarka, meskipun memiliki peran yang sentral dalam "merawat" narasi-narasi Nusantara, bidang keilmuan ini belum menjadi primadona bagi sebagian besar masyarakat, khususnya generasi muda.

Hal tersebut dicitrakan melalui peminatnya yang masih sedikit, bahkan termasuk sebagai program studi langka di Universitas Udayana.



"Padahal, Program Studi Jawa Kuno satu-satunya di dunia yang lulusannya memiliki kompetensi penting dalam penyelamatan warisan leluhur, khususnya terkait pernaskahan tradisional," ujar Suarka yang juga Koordinator Program Studi (Prodi) Sastra Jawa Kuno Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana.

Oleh karena itu, ia meminta dukungan dalam memberikan motivasi kepada generasi muda untuk bersama melestarikan sastra dan bahasa Jawa Kuno.

Sebelumnya ia juga telah beraudiensi dengan Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana di Puri Kauhan Ubud, Gianyar, pada Selasa (4/10).

Terkait dengan hal tersebut, Ari Dwipayana bersepakat bahwa warisan leluhur Nusantara, terutama sastra Jawa Kuno harus dijaga. Menurutnya, upaya untuk menjaga warisan leluhur yang paling penting dan mendasar terletak di masing-masing keluarga.

Oleh karena itu, pihaknya melalui Yayasan Puri Kauhan Ubud beberapa waktu belakangan bergerak melakukan upaya-upaya penyelamatan warisan leluhur, yang dimulai dengan penyelamatan lontar-lontar milik puri yang jumlahnya cukup banyak.



"Kami mulai dari kegiatan sederhana seperti konservasi, lalu digitalisasi, apresiasi, dan kajian terhadap lontar warisan leluhur agar ilmu yang ada bisa disebarkan lebih luas dan dapat dicari saripatinya. Berikutnya kami mengembangkan ke arah kreasi dan menciptakan karya-karya baru, setelahnya ke program aksi, di mana tahun ini kami fokus pada ekologi," ujarnya.

Pada era digital ini, Ari menyarankan agar Prodi Sastra Jawa Kuno dapat membangun komunikasi yang sinergis dengan komunitas pegiat sastra Jawa Kuno dan jejaringnya yang telah tersebar secara nasional hingga internasional.

Ia menilai potensi pengembangan sastra Jawa Kuno ada di banyak negara di dunia. Adanya jejaring internasional diyakini sebagai strategi yang bagus untuk pembaca dan penulis untuk menyebarluaskan pengetahuan Jawa Kuno di dunia global.

Secara nasional, Ari memandang Perpustakaan Nasional sebagai pintu masuk yang baik untuk menjaga eksistensi sastra Jawa Kuno ke depan. Forum-forum dan kolaborasi bersama antarprogram studi sastra klasik dari universitas-universitas lain juga diperlukan.

Kampanye mengenalkan Jawa Kuno kepada generasi muda oleh generasi yang lebih senior perlu didorong untuk mempertahankan keberadaan sastra Jawa Kuno di masyarakat.



Upaya-upaya alih wahana dinilai sangat berperan dalam proses itu di era kini. Menurutnya, media cetak, elektronik, maupun media sosial dapat menjadi media yang potensial untuk menyebarkan informasi Jawa Kuno. "Walau namanya kuno, tetapi di balik kata itu ada unsur kekiniannya, yang penting bagi kehidupan," ujar Ari.
 

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022