Presiden RI Joko Widodo menegaskan bahwa
Indonesia tak memiliki kepentingan apa pun, kecuali ingin melihat perang segera selesai dan rantai pasok pangan, pupuk, dan energi segera diperbaiki.

“Dapat saya sampaikan Indonesia tidak memiliki kepentingan apa pun, kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai dan rantai pasok pangan, pupuk, energi dapat segera diperbaiki karena ini menyangkut kehidupan ratusan juta orang, bahkan miliaran manusia,” kata Presiden Jokowi dalam konferensi pers bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis waktu setempat, sebagaimana dikutip dari tayangan daring Sekretariat Presiden.

Jokowi mengungkapkan dirinya dengan Putin banyak berdiskusi mengenai pangan dan pupuk. Dua komoditas tersebut, kata Jokowi, adalah masalah kemanusiaan dan kepentingan masyarakat dunia.

“Dan ratusan juta orang terdampak dengan terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk, terutama di negara-negara berkembang,” ucapnya.

Baca juga: Jokowi tawarkan bawa pesan dari Zelenskyy untuk Putin

Jokowi, pemimpin pertama Asia yang mengunjungi Ukraina dan Rusia setelah invasi militer terjadi, mengatakan dirinya menghargai sikap Presiden Putin yang akan menjamin keamanan untuk pasokan pangan dan pupuk dari Rusia dan Ukraina.

“Ini sebuah berita yang baik,” ujar Jokowi.

Presiden Jokowi juga mendukung upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk reintegrasi komoditas pangan dan pupuk Rusia, serta komoditas pangan Ukraina untuk masuk lagi dalam rantai pasok dunia.

“Khusus untuk jalur ekspor produk pangan Ukraina, terutama melalui jalur laut, tadi sekali lagi Presiden Putin sudah memberikan jaminannya,” kata Jokowi.

Sebelum bertemu Putin di Kremlin, Jokowi telah bersua dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina pada Rabu (29/6) waktu setempat, dan menghadiri rangkaian pertemuan dengan para pemimpin dunia di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jerman pada 26-28 Juni 2022.

Baca juga: Dari Polandia, Presiden Jokowi pergi ke Ukraina gunakan jalur darat
 

Rusia dan pangan dunia
Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan ketidakseimbangan pasar pangan dunia merupakan konsekuensi langsung atas kebijakan makroekonomi yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara.

Alih-alih mengakui kebijakan ekonominya salah, menurut Putin, negara-negara Barat justru makin mengacaukan produksi pertanian global dengan membatasi pasokan pupuk Rusia dan Belarusia.

"Negara-negara Barat makin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarusia," kata Putin dalam pernyataan pers bersama Presiden RI Joko Widodo, usai pertemuan keduanya di Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6).

Video pernyataan pers bersama itu dapat disaksikan melalui akun Youtube Sekretariat Presiden. Sementara transkrip pernyataan Putin dan Jokowi juga diunggah dalam laman resmi Presiden Rusia www.kremlin.ru yang terbuka untuk publik.

Putin menyampaikan negara-negara Barat juga menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, memperumit asuransi kapal, dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan.

Baca juga: Presiden Jokowi bahas kerjasama investasi dengan UEA usai ke Ukraina-Rusia

"Saya akan tekankan sekali lagi. Rusia telah dan tetap menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia," tegasnya.

Dia menyebutkan Rusia memasok produk pertanian ke 161 negara. Tahun lalu, Rusia mengekspor lebih dari 43 juta ton biji-bijian, termasuk 33 juta ton gandum.

"Tahun ini, kami mengharapkan panen biji-bijian yang baik, yang memungkinkan kami untuk meningkatkan pasokan kami ke pasar eksternal hingga 50 juta ton," jelasnya.

Putin menyatakan Rusia siap memenuhi permintaan produsen pertanian di Indonesia dan negara-negara sahabat lainnya untuk pupuk nitrogen, fosfor,  kalium, serta bahan baku untuk produksi tani.

"Pangsa pupuk mineral Rusia di pasar dunia mencapai 11 persen dan melebihi 20 persen dalam beberapa varietas. Tahun lalu, kami mengirim 37 juta ton produk ini ke luar negeri," kata dia.

Putin menegaskan Rusia berniat untuk terus memenuhi, dengan iktikad baik, semua kewajiban kontraktualnya untuk pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lainnya. Dalam konteks ini, Rusia menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu oleh sanksi.


 
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jokowi: Kepentingan RI agar perang selesai dan pasokan pangan membaik

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Putin: Barat makin kacaukan produksi pertanian global

Pewarta: Indra Arief Pribadi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022