Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Bali, Putri Suastini Koster, menyebut para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi kain tradisional Bali, wastra,  berhasil bangkit di tengah pandemi COVID-19 melalui dukungan teknologi digital.

Dalam Forum Digital Kemenkominfo RI di Kabupaten Badung, Kamis, Suastini mengaku terharu lantaran para perajin kain wastra khas Bali kini berhasil memperoleh omzet miliaran.

"Di tahun 2021, perajin di masa yang sepi itu omzetnya hampir Rp20 miliar selama setahun," katanya sembari menerangkan bahwa hal ini terjadi setelah perajin diberi ruang berpameran.

Dalam proses pertumbuhan UMKM, Dekranasda Bali bekerja sama dengan perbankan dan perajin serta pengusaha untuk melibatkan mereka dalam  berjualan secara daring melalui marketplace, balimall.id.

Baca juga: Perancang busana se-Indonesia adakan Wastra Nusantara di Bali

Para perajin melalui marketplace ini dapat memasarkan produk kerajinan dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat dunia, sehingga pemesanan kain wastra atau produk kerajinan lokal Bali dapat dilakukan secara daring.

“Penguasaan teknologi itu penting, agar transaksi jual beli tidak hanya membutuhkan waktu untuk bertatap muka langsung melainkan dapat dilakukan secara online. Selain lebih praktis, pemesanan online juga memudahkan pembeli dan penjual dalam menjaga kesehatan. Kita belajar dari virus COVID-19, agar kita tetap menjaga jarak namun juga mampu menjaga keseimbangan ekonomi daerah kita masing-masing," kata Suastini. 

Menurut dia, keberadaan wastra sebagai tradisi dan kekayaan turun temurun harus dilestarikan terutama dari kepungan teknologi. Masyarakat Bali yang berada di sekitar dinilai perlu untuk turut serta dengan ikut menggunakan kain tersebut.

"Saya selaku Ketua Dekranasda Bali bertugas memberikan edukasi sekaligus pengawasan terhadap perkembangan dan pelestarian budaya di Bali, contohnya saya mengajak seluruh perajin UMKM di Bali untuk mulai menenun dengan bahan yang berkualitas, motif khas dari daerahnya sehingga nantinya akan menentukan harga jualnya,” ujarnya.

Baca juga: Akademisi ajak rakyat Bali pahami fungsi kain tradisional

Istri dari Gubernur Bali I Wayan Koster tersebut menambahkan bahwa kain wastra atau yang lebih sering disebut kain tenun tradisional, seperti songket, kain endek, kain gringsing dan endek rangrang, yang dikerjakan oleh perajin lokal harus juga digunakan oleh warga yang ada di sekitar pembuat kain tenun tersebut.

"Untuk melestarikan kebudayaan, kita harus menjaga yang kita miliki. Jangan sampai kita membunuh diri sendiri dengan cara menggunakan produk buatan luar dan kemudian kita jual di daerah kelahiran kita. Ini secara perlahan akan mematikan perajin adat produsen secara perlahan, dan menyebabkan perekonomian secara pelan juga akan padam dan tidak mampu bertumbuh dengan baik," ujar Suastini Koster.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022