Oleh  I Ketut Atmadja

Denpasar (Antara Bali) - "Kalau masih diberikan kesempatan, saya akan kembali berlaga di arena Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX 2016 di Jawa Barat. Soal usia tidak masalah," kata Oka Sulaksana atlet layar andalan Indonesia.

Oka Sulaksana peselancar angin yang belum ada tandingannya di kelas H/W Mistral OD di tanah air, bahkan dalam pertandingan di arena PON Riau belum ada lawan, sehingga medali emas tetap berada di tangannya.

"Kalau tidak ada aturan baru mengenai pembatasan umur bagi atlet layar, saya masih mampu bertanding di PON 2016," kata Oka dengan polos saat dijumpai di Pantai Selat Baru, Bengkalis, Riau seusai bertanding.

Oka Sulaksana memang bukan satu-satunya atlet selancar angin asal Pulau Dewata yang mampu mengharumkan Bali dan Indonesia di forum dunia. Sudah ada nama lain mengikuti jejak lelaki kelahiran Sanur, 29 April 1971 ini.

Atlet layar andalan Indonesia lainnya banyak muncul di DKI Jakarta, Surabaya, Jawa Timur, yang meraih sukses dengan menyabet emas di arena pekan olahraga nasional empat tahunan di Riau, namun di kelas H/W Mistral OD Oka belum tertandingi.

Sosok Oka Sulaksana yang menjadi andalan Bali berhasil meraih emas di PON Riau, bahkan mungkin hingga pada PON tahun 2016 di Jawa Barat, kata Pelatih cabang olahraga Layar Bali, I Wayan Sujana di Denpasar, Sabtu.

Harapan itu masih ditumpukan KONI Bali, karena atlet layar andalan Indonesia tersebut mempunyai beberapa keunggulan yang belum dimiliki oleh atlet yang berusia di bawah Oka, sehingga belum ada yang bisa menggantikannya.

"Ini bukan masalah regenerasi, akan tetapi Oka memang masih menguasai teknik dan permainan mengarungi ombak pada setiap kegiatan baik dalam lomba tingkat nasional, regional maupun internasional," katanya.

Wayan Sujana menilai Oka memiliki tenaga yang kuat, postur tubuh yang mendukung, pengalaman yang luar biasa dan banyak sekali perbedaan antara Oka dengan atlet yang berusia muda di bawahnya.

Mental Baja
Dalam hal pengabdian dan kesetiaan kepada Bali, Okalah orangnya. Tak berlebihan Oka yang sering terjun pada kejuaraan nasional maupun di tingkat dunia, dinilai memiliki keteguhan mental untuk dijadikan panutan atlet Bali.

Ketua Umum KONI Bali Made Nariana misalnya menilai, keteguhan mental Oka dalam membela keharuman negara di kancah olah raga nasional maupun internasional perlu dicontoh. Putra seorang nelayan di Pantai Sanur Bali ini sering berlaga di cabang olah raga layar pada kejuaraan internasional dan mampu menunjukkan prestasi gemilang.

Berkat prestasi yang dimilikinya itu, ia kerap dipinang pihak luar negeri untuk dijadikan atlet maupun pelatih. "Saya salut atas keteguhan hati Oka Sulaksana dalam membela daerah Bali dan Indonesia di cabang olah raga layar. Mental seperti itu perlu dicontoh para atlet lainnya di tanah air," kata Nariana saat meninjau ke arena pertandingan atlet layar di arena PON XVIII-2012 Riau di Pantai Selat Baru, Bengkalis.

Made Nariana menuturkan, Oka pernah diminta pihak Singapura, Malaysia dan negara tetangga di kawasan Asia lainnya untuk dijadikan atlet maupun pelatih dengan penghasilan yang jauh lebih besar.

Namun semua itu ditolak. Di dalam negeri Oka yang awalnya belajar olah raga selancar angin di Pantai Sanur dari seorang turis Jerman, pernah diminta pihak Kaltim, Riau dan daerah lainnya. Namun itupun ditolak dan tetap membela Bali di kancah nasional.

Tidak saja Nariana, Wakil Gubernur Puspayoga pernah menilai Oka memang pantas dijadikan atlet panutan. Ketetapan hatinya membela Bali dinilai menjadi modal dan kekuatan utama Oka mengukir prestasi besar.

Ketetapan hati Oka itulah yang memberi rasa percaya diri, keyakinan dan kemantapan Oka mempersembahkan yang terbaik bagi Bali. Karenanya, Wagub berharap, atlet-atlet asli Bali di berbagai cabang olahraga meniru keteguhan mental Oka.

Tidak halnya seperti perenang andalan Indonesia, I Gede Siman Sudartawa, kelahiran Klungkung, Bali. Sejak Januari 2010, ia telah dikontrak Riau untuk mewakili tuan rumah PON XVIII tersebut.

Atlet berusia 18 tahun itu mengaku sejak memulai karirnya sebagai perenang profesional di usia 10 tahun, tempat asalnya Bali, tidak pernah memberikan pembinaan apapun padanya.

Tjok Agung yang pernah memberikan pembinaan saat Siman Sudartawa masih di Bali, mengatakan pada awalnya anak tersebut pernah menerima bea siswa, dan dikirim pada sejumlah kejuaraan, sehingga tidak benar bila tidak mendapat perhatian.

"Itu tidak benar! Sekarang kembali pada itikad dan mental seseorang, perhatian Bali cukup besar tentu sesuai dengan kondisi dan situasi daerah saat itu," tambahnya.

Tjok Agung mengatakan, lain halnya dengan Oka, anak seorang nelayan di Sanur. Rakyat Bali tentu bangga memiliki atlet seperti dia yang berjuang dan berprestasi di tingkat nasional dan dunia hanya untuk Bali dan Indonesia.

Begitu pula pembina olah raga daerah lain di Nusantara, hendaknya merasa bangga jika berhasil memajukan atlet hingga berprestasi di tingkat nasional maupun internasional dari mereka yang dibinanya sejak dini.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012