Denpasar (Antara Bali) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat dalam kurun waktu sebulan terakhir terdapat lima korban jiwa meninggal dunia akibat dugaan keracunan minuman beralkohol jenis arak.
"Ya selama sebulan terakhir saja sudah lima orang warga kita yang tewas akibat dugaan keracunan minuman keras tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, Minggu.
Kejadian terakhir di wilayah Kota Denpasar menimbulkan dua korban jiwa, ditambah sebelum tiga warga Kabupaten Bangli meregang nyawa juga akibat pesta minuman jenis arak.
Dia menilai, jatuhnya korban jiwa itu karena dipicu oleh perilaku manusia yang mengonsumsi arak dengan cara mencampurnya menggunakan minuman jenis lain yang juga mengandung alkohol.
"Hal semacam itu sangat tidak dianjurkan. Arak itu mengandung kadar alkohol yang tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk dicampur dengan minuman beralkohol lainnya. Akan tetapi kami sebenarnya menyarankan kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi minuman tersebut secara berlebihan," ujarnya.
Sementara itu, Made Wianta, salah seorang budayawan Bali, mengatakan, pihak terkait dan pemerintah ke depan tidak boleh membiarkan kasus serupa terjadi, sehingga harus ada tindakan tegas untuk mengatasinya.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Ya selama sebulan terakhir saja sudah lima orang warga kita yang tewas akibat dugaan keracunan minuman keras tersebut," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, Minggu.
Kejadian terakhir di wilayah Kota Denpasar menimbulkan dua korban jiwa, ditambah sebelum tiga warga Kabupaten Bangli meregang nyawa juga akibat pesta minuman jenis arak.
Dia menilai, jatuhnya korban jiwa itu karena dipicu oleh perilaku manusia yang mengonsumsi arak dengan cara mencampurnya menggunakan minuman jenis lain yang juga mengandung alkohol.
"Hal semacam itu sangat tidak dianjurkan. Arak itu mengandung kadar alkohol yang tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk dicampur dengan minuman beralkohol lainnya. Akan tetapi kami sebenarnya menyarankan kepada masyarakat untuk tidak mengonsumsi minuman tersebut secara berlebihan," ujarnya.
Sementara itu, Made Wianta, salah seorang budayawan Bali, mengatakan, pihak terkait dan pemerintah ke depan tidak boleh membiarkan kasus serupa terjadi, sehingga harus ada tindakan tegas untuk mengatasinya.(IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012