Denpasar (Antara Bali) - Tiga museum di perkampungan seniman Ubud, Bali, secara serentak menggelar pameran bersama mengusung tema seni lukis tradisional Bali "Pita Prada".

"Pameran serentak ketiga museum itu menampilkan 180 lukisan tradisional Bali dari berbagai mashab dan submashab," kata Pande Wayan Suteja Neka, pemilik Museum Neka Ubud, di Ubud, Rabu.

Didampingi panitia pameran Pande Made Kardi Suteja dan Direktur Museum Arma Anak Agung Gede Rai, serta Ketua Yayasan Puri Ratna Warta Ubud, Suteja mengatakan, tiga museum yang menggelar pameran serentak berupa "biennale" pertama itu, meliputi Museum Arma, Museum Puri Lukisan dan Museum Neka.

Pameran yang pertama kali dalam sejarah seni lukis tradisional Bali berlangsung selama sebulan, 11 Desember 2009 hingga 11 Januari 2010.

"Pameran bertaraf nasional itu rencananya dibuka Gubernur Bali Made Mangku Pastika, bertempat di Museum Neka," tutur Pande Wayan Suteja Neka.

Ia menambahkan, pameran yang didukung "Bali Bangkit Commitee" itu materinya 80 persen adalah hasil kreasi seniman angkatan tahun 1980-an hingga tahun 2000, yang disebut sebagai angkatan Pita Prada.

Sekitar 20 persen sisanya adalah kreasi angkatan tua atau Pita Maha, sebuah perkumpulan yang didirikan 1936. Turunan dari Pita Maha juga tergabung dalam golongan pelukis Ubud tahun 1950-an.

Karya di atas kanvas yang dipajangkan pada tiga pameran yang digelar serentak pada tiga museum itu merupakan lukisan pilihan milik puluhan kolektor yang selama ini tersembunyi, atau belum pernah dipamerkan.

Kurator pameran tersebut Agus Dermawan T dengan sejumlah konsultan Suteja Neka, Anak Agung Rai dan Hardiman.

Sebuah buku berjudul Pita Praja (270 halaman) diterbitkan untuk memeriahkan pameran tersebut. Buku ini ditulis Agus Dermawan T, Dr Jean Coeteau dan Wayan Kun Adnyana.

Kegiatan tersebut nantinya diharapkan dapat berlangsung secara berkesinambungan dua tahun sekali, tutur Pande Wayan Suteja Neka. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2009