Denpasar (Antara Bali) - Petani Jeruk di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, panen, namun tidak banyak pedagang yang membelinya sehingga buah-buahan tersebut banyak yang dibiarkan menguning bertengger di pohon.

"Petani di sini tidak bisa panen, akibat belum ada pedagang yang membelinya dengan harga yang memadai," kata Made Suara, petani Jeruk asal Desa Bunutin, Kecamatan Kintamani, 60 km timur Denpasar, Minggu.

Tanaman jeruk berbuah lebat dengan kondisi sudah matang, karena kulitnya sudah kuning dan belum dipanen pemiliknya, banyak bisa disaksikan di sepanjang jalan jurusan Payangan, Gianyar - Kintamani.

Petani enggan memanennya karena harga penawaran hanya sekitar Rp4.000/kg, sedangkan di pasar-pasar tradisional di Denpasar bisa mencapai Rp10.000/kg. "Di toko swalayan sudah jelas lebih mahal dari itu," kata dia.

Putu Sadia, petani jeruk asal Desa Kintamani juga menyampaikan keluhan serupa. Harga hasil panenannya murah, bahkan tidak ada pedagang pengepul yang membelinya, padahal sekarang menjelang Hari Raya Galungan.

Pemerintah, katanya, menganjurkan agar petani mengembangkan bidang pertanian, khususnya hortikultura. "Namun saat panen kami kelabakan karena jarang ada pembeli dan harganya murah," kata Putu Sadia.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012