Denpasar (Antara Bali) - Acara obituari bagi Wahyoe Wijaya, seniman kelahiran Yogyakarta, 3 Januari 1950 yang telah berpulang, 22 Juli 2012 bertujuan untuk mengenang dan mampu meneladani karya-karya yang dihasilkannya.
"Perupa Wahyoe Wijaya dengan segenap sumbangsihnya kepada dunia seni, kita menemukan perpaduan akhir sebuah proses berkesenian," kata staf Bentara Budaya Bali di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Juwitta K. Lasut, Rabu.
Karya-karyanya boleh dikatakan berbanding lurus dengan gaya hidup bohemia kesehariannya.
Naluri penciptaan yang dimilikinya adalah perasaan lepas-bebas yang tidak didasarkan pada teori-teori kesenian.
Perasaan lepas-bebas itu merupakan serabut yang paling halus dari intuisi seseorang.
Dalam karya-karyanya itu Wahyoe Wijaya hanya menyimpul pesan, kenyataan hidup yang dilayaninya sehari-hari kekhawatiran akan punahnya masa depan dan ketidakmampuan memperbaiki kerusakan alam yang menjadi bayang-bayang mengerikan pada masa kini, tutur Juwitta.(*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Perupa Wahyoe Wijaya dengan segenap sumbangsihnya kepada dunia seni, kita menemukan perpaduan akhir sebuah proses berkesenian," kata staf Bentara Budaya Bali di Ketewel, Kabupaten Gianyar, Juwitta K. Lasut, Rabu.
Karya-karyanya boleh dikatakan berbanding lurus dengan gaya hidup bohemia kesehariannya.
Naluri penciptaan yang dimilikinya adalah perasaan lepas-bebas yang tidak didasarkan pada teori-teori kesenian.
Perasaan lepas-bebas itu merupakan serabut yang paling halus dari intuisi seseorang.
Dalam karya-karyanya itu Wahyoe Wijaya hanya menyimpul pesan, kenyataan hidup yang dilayaninya sehari-hari kekhawatiran akan punahnya masa depan dan ketidakmampuan memperbaiki kerusakan alam yang menjadi bayang-bayang mengerikan pada masa kini, tutur Juwitta.(*/ADT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012