Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berkantor di Kabupaten Lumajang untuk mengawal langsung upaya penanganan bencana awan guguran awan panas akibat peningkatan aktivitas Gunung Semeru.
"Seluruh pekerjaan saya kerjakan dari Lumajang, dan beberapa agenda saya minta Pak Wagub Emil Elestianto Dardak untuk mewakili," ujar Khofifah kepada wartawan di Kabupaten Lumajang, Minggu.
Menurut dia, penanganan bencana terkait Semeru saat ini menjadi prioritas, terutama search and rescue (pencarian dan penyelamatan).
Termasuk, kata dia, yang berkenaan dengan kebutuhan para pengungsi, dan Pemprov Jatim serta Pemkab Lumajang terus berusaha memaksimalkan layanan pada masyarakat terdampak bencana.
"Saya ingin memastikan konsolidasi data dan koordinasi pencarian, penyelamatan, evakuasi dan penanganan pengungsi berjalan efektif dan semoga tidak ada yang terlewat," ucap dia.
Keputusan berkantor di Lumajang juga diakuinya usai melihat luas dampak letusan Gunung Semeru di Kecamatan Candipuro, seperti di Kampung Renteng, Dusun Kamar Kajang, Desa Sumber Mujur, Desa Sumberwuluh, Desa Penanggal, dan Desa Sumber Rejo.
Di Kecamatan Pronojiwo, desa terdampak adalah Supiturang, Sumber Urip dan Desa Oro-Oro Ombo.
Selain itu, akses jalan dari pusat pemerintahan dan perekonomian juga terputus akibat ambrolnya Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan antara Lumajang dan Kabupaten Malang.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu menegaskan bahwa dengan berkantor langsung di Lumajang maka koordinasi antarpemangku kebijakan terkait dalam upaya penanganan kegawatdaruratan bisa menjadi lebih cepat.
Kepada Pemkab Lumajang, Khofifah meminta agar koordinasi antara wilayah Candipuro dan Pronojiwo harus terjaga guna memastikan kebutuhan warga dan pengungsi selalu tercukupi, termasuk penanganan kesehatan.
Pada Sabtu (4/12) sore, Gunung Semeru mengeluarkan awan panas dan menimbulkan hujan abu ke daerah di sekitarnya. Warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu mengungsi untuk menghindari dampak guguran awan panas.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Seluruh pekerjaan saya kerjakan dari Lumajang, dan beberapa agenda saya minta Pak Wagub Emil Elestianto Dardak untuk mewakili," ujar Khofifah kepada wartawan di Kabupaten Lumajang, Minggu.
Menurut dia, penanganan bencana terkait Semeru saat ini menjadi prioritas, terutama search and rescue (pencarian dan penyelamatan).
Termasuk, kata dia, yang berkenaan dengan kebutuhan para pengungsi, dan Pemprov Jatim serta Pemkab Lumajang terus berusaha memaksimalkan layanan pada masyarakat terdampak bencana.
"Saya ingin memastikan konsolidasi data dan koordinasi pencarian, penyelamatan, evakuasi dan penanganan pengungsi berjalan efektif dan semoga tidak ada yang terlewat," ucap dia.
Keputusan berkantor di Lumajang juga diakuinya usai melihat luas dampak letusan Gunung Semeru di Kecamatan Candipuro, seperti di Kampung Renteng, Dusun Kamar Kajang, Desa Sumber Mujur, Desa Sumberwuluh, Desa Penanggal, dan Desa Sumber Rejo.
Di Kecamatan Pronojiwo, desa terdampak adalah Supiturang, Sumber Urip dan Desa Oro-Oro Ombo.
Selain itu, akses jalan dari pusat pemerintahan dan perekonomian juga terputus akibat ambrolnya Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan antara Lumajang dan Kabupaten Malang.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim itu menegaskan bahwa dengan berkantor langsung di Lumajang maka koordinasi antarpemangku kebijakan terkait dalam upaya penanganan kegawatdaruratan bisa menjadi lebih cepat.
Kepada Pemkab Lumajang, Khofifah meminta agar koordinasi antara wilayah Candipuro dan Pronojiwo harus terjaga guna memastikan kebutuhan warga dan pengungsi selalu tercukupi, termasuk penanganan kesehatan.
Pada Sabtu (4/12) sore, Gunung Semeru mengeluarkan awan panas dan menimbulkan hujan abu ke daerah di sekitarnya. Warga yang tinggal di perkampungan di sekitar gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu mengungsi untuk menghindari dampak guguran awan panas.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021