Kampus Zhejiang University di Kota Hangzhou, China, mendadak dikenai lockdown (penguncian) pada Kamis malam setelah seorang dosen dinyatakan positif COVID-19.
Dua mahasiswa asal Indonesia di kampus terbesar di ibu kota Provinsi Zhejiang tersebut turut terkena dampaknya bersama ribuan mahasiswa lainnya.
"Tadi pukul 18.00 (17.00 WIB) ada pemberitahuan mendadak bahwa seorang dosen positif COVID. Pintu gerbang kampus langsung ditutup semua, yang ada di dalam tidak bisa keluar," kata Joko Pilianto, mahasiswa Zhejiang University, saat dihubungi ANTARA dari Beijing.
Otoritas kesehatan setempat langsung menggelar tes asam nukleat (PCR) pada ribuan orang yang berada di dalam area kampus, termasuk Joko dan Candra, keduanya mahasiswa asal Indonesia.
Baca juga: LKBN ANTARA Biro Beijing diundang di Forum Pembangunan Xinjiang
Baca juga: Media harap kerja sama Xinjiang-Indonesia terus ditingkatkan
"Pemberitahuannya pas jam makan malam. Stok makanan di swalayan di dalam kampus langsung habis," kata Joko yang sedang menunggu antrean tes PCR bersama ribuan orang yang terjebak di dalam wilayah kampus.
Mahasiswa berusia 28 tahun asal Bojonegoro, Jawa Timur, itu hanya bisa pasrah kalau harus terkunci di dalam area kampus selama 14 hari, sebagaimana protokol kesehatan yang diberlakukan otoritas China.
"Memang ada pemberitahuan karantina 14 hari di dalam kampus," ucap mahasiswa yang mendalami bidang serangga di Zhejiang University sejak 2016 itu.
Sebelum dinyatakan positif COVID-19, seorang dosen tersebut telah mengunjungi beberapa tempat di dalam kawasan kampus, termasuk swalayan dan museum seni yang juga banyak didatangi para pengunjung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Dua mahasiswa asal Indonesia di kampus terbesar di ibu kota Provinsi Zhejiang tersebut turut terkena dampaknya bersama ribuan mahasiswa lainnya.
"Tadi pukul 18.00 (17.00 WIB) ada pemberitahuan mendadak bahwa seorang dosen positif COVID. Pintu gerbang kampus langsung ditutup semua, yang ada di dalam tidak bisa keluar," kata Joko Pilianto, mahasiswa Zhejiang University, saat dihubungi ANTARA dari Beijing.
Otoritas kesehatan setempat langsung menggelar tes asam nukleat (PCR) pada ribuan orang yang berada di dalam area kampus, termasuk Joko dan Candra, keduanya mahasiswa asal Indonesia.
Baca juga: LKBN ANTARA Biro Beijing diundang di Forum Pembangunan Xinjiang
Baca juga: Media harap kerja sama Xinjiang-Indonesia terus ditingkatkan
"Pemberitahuannya pas jam makan malam. Stok makanan di swalayan di dalam kampus langsung habis," kata Joko yang sedang menunggu antrean tes PCR bersama ribuan orang yang terjebak di dalam wilayah kampus.
Mahasiswa berusia 28 tahun asal Bojonegoro, Jawa Timur, itu hanya bisa pasrah kalau harus terkunci di dalam area kampus selama 14 hari, sebagaimana protokol kesehatan yang diberlakukan otoritas China.
"Memang ada pemberitahuan karantina 14 hari di dalam kampus," ucap mahasiswa yang mendalami bidang serangga di Zhejiang University sejak 2016 itu.
Sebelum dinyatakan positif COVID-19, seorang dosen tersebut telah mengunjungi beberapa tempat di dalam kawasan kampus, termasuk swalayan dan museum seni yang juga banyak didatangi para pengunjung.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021