Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan rupiah melemah di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap meluasnya varian Delta COVID-19.
Rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.493 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.483 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, selama pekan ini rupiah cenderung mengalami volatilitas yang tinggi dengan rentang Rp14.480 per dolar AS hingga Rp14.560 per dolar AS.
"Dua hal yang menjadi penopang rupiah saat ini. Dari sisi domestik, kondisi ekonomi secara umum relatif stabil, kalau melihat dari surplus neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan yang masih stabil serta inflasi yang juga stabil," ujar Rully.
Sementara itu dari sisi global, lanjut Rully, perkembangan rupiah dan juga beberapa mata uang negara berkembang lainnya ditopang oleh kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) yang masih akomodatif dan likuiditas global yang masih cukup tinggi.
"Namun memang market saat ini dengan masih tingginya ketidakpastian akan dampak pandemi dan kekhawatiran gelombang pandemi yang baru dari varian Delta dan ada kecenderungan pergerakan ke arah flight to quality, menyebabkan dolar AS masih cukup kuat dibanding beberapa mata uang utama lainnya," kata Rully.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 92,911, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 91,822.
Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,293 persen, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,267 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.500 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.489 per dolar AS hingga Rp14.508 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menguat ke posisi Rp14.501 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.508 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
Rupiah ditutup melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.493 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.483 per dolar AS.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan, selama pekan ini rupiah cenderung mengalami volatilitas yang tinggi dengan rentang Rp14.480 per dolar AS hingga Rp14.560 per dolar AS.
"Dua hal yang menjadi penopang rupiah saat ini. Dari sisi domestik, kondisi ekonomi secara umum relatif stabil, kalau melihat dari surplus neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan yang masih stabil serta inflasi yang juga stabil," ujar Rully.
Sementara itu dari sisi global, lanjut Rully, perkembangan rupiah dan juga beberapa mata uang negara berkembang lainnya ditopang oleh kebijakan moneter bank sentral AS, Federal Reserve (Fed) yang masih akomodatif dan likuiditas global yang masih cukup tinggi.
"Namun memang market saat ini dengan masih tingginya ketidakpastian akan dampak pandemi dan kekhawatiran gelombang pandemi yang baru dari varian Delta dan ada kecenderungan pergerakan ke arah flight to quality, menyebabkan dolar AS masih cukup kuat dibanding beberapa mata uang utama lainnya," kata Rully.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya saat ini berada di level 92,911, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya yaitu di posisi 91,822.
Sedangkan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun saat ini berada di level 1,293 persen, naik dibandingkan posisi penutupan sebelumnya 1,267 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.500 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.489 per dolar AS hingga Rp14.508 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menguat ke posisi Rp14.501 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.508 per dolar AS.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021