Denpasar (Antara Bali) - Sedikitnya 24 pelajar yang mewakili sembilan kabupaten kota di Provinsi Bali antusias mengikuti lomba "nyastra" atau tradisi membaca Khas Pulau Dewata yang dilangsungkan di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar.

"Nyastra" merupakan tradisi membaca yang memiliki nilai budi pekerti luhur namun kini dikhawatirkan tergerus oleh budaya modern.

"Kami ingin menumbuhkan apresiasi budaya kepada anak-anak. Misi utamanya adalah pembinaan kepada mereka karena "nyastra" itu merupakan akar budaya Bali," kata koordinator acara, I Nyoman Suarka, di Denpasar, Sabtu.

Mereka tidak hanya para pelajar dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).Dengan menggunakan pakaian adat Bali dan bahasa yang sangat halus, mereka menampilkan keahliannya kepada dewan juri dan penonton.
     
Dalam tradisi "nyastra" yang dilombakan tidak hanya sebatas membaca, namun juga keahlian lain yakni bercerita hingga menulis. Enam bidang yang dilombakan yakni "mececimpedan" atau teka-teki tradisional dan "mesatua" atau mendongeng, yang dibawakan anak-anak SD.
     
Menulis aksara Bali dalam lontar dan berpidato bahasa Bali diikuti pelajar SMP. Sedangkan lomba cerita pendek berbahasa Bali dan "mewirata" atau melantunkan kidung kekawin, diikuti pelajar SMA.(DWA)
    

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012