Pemantauan hilal untuk menentukan awal Ramadhan 1442 Hijriah yang dilakukan Tim Hisab Rukyat Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, di Pantai Jerman, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, tidak dapat melihat hilal karena tertutup awan.
"Kami sudah mencoba melihat bersama teman-teman ternyata awannya cukup tebal sehingga kami simpulkan hilal tidak bisa dilihat di Provinsi Bali ini," kata Kabid Bimbingan Masyarakat Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, Arjiman, Senin di Badung.
Ia menjelaskan, apabila melihat ketinggian hilal, sebenarnya hilal sudah berada pada posisi tiga derajat yang diharapkan dapat terlihat. Namun, karena awan cukup tebal maka hilal di wilayah tersebut tidak terlihat.
Baca juga: Pemerintah putuskan 1Ramadhan jatuh pada Selasa
"Pada pukul 18.18 WITA tadi awan malah semakin menebal sehingga kami mencoba meneliti bergantian menggunakan teropong dan memang tidak bisa, tidak ada tim kami yang dapat menyaksikan hilal," katanya
Atas hasil pemantauan hilal tersebut, Arjiman menjelaskan bahwa pihaknya juga telah melaporkan hasil pengamatan di wilayah Bali itu kepada Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama.
"Hasil ini kami sampaikan ke Jakarta sebagai bahan laporan pada sidang Isbat yang diselenggarakan di sana," katanya.
Ia menjelaskan, lokasi pemantauan di Pantai Jerman, Kuta itu sebenarnya sudah sangat ideal dan strategis untuk dapat mengamati hilal.
Baca juga: Strategi pilih menu buka-sahur agar tetap sehat
"Kami bersama BMKG sudah melakukan analisis dan sebenarnya tempat ini memang yang paling memungkinkan untuk bisa melihat hilal. Sebelumnya kami dalam praktek hisab rukyat juga menyelenggarakan praktek di tempat ini juga. Namun, ternyata hari ini awan cukup tebal jadi kami tidak dapat melihat hilal," katanya.
Pada kegiatan itu, Tim Hisab Rukyat Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali juga tetap melakukan pemantauan hilal dengan melaksanakan sejumlah protokol pencegahan penyebaran COVID-19 seperti dengan menjaga jarak dan mewajibkan pengenaan masker bagi seluruh petugas pemantauan, demikian Arjiman.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Kami sudah mencoba melihat bersama teman-teman ternyata awannya cukup tebal sehingga kami simpulkan hilal tidak bisa dilihat di Provinsi Bali ini," kata Kabid Bimbingan Masyarakat Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali, Arjiman, Senin di Badung.
Ia menjelaskan, apabila melihat ketinggian hilal, sebenarnya hilal sudah berada pada posisi tiga derajat yang diharapkan dapat terlihat. Namun, karena awan cukup tebal maka hilal di wilayah tersebut tidak terlihat.
Baca juga: Pemerintah putuskan 1Ramadhan jatuh pada Selasa
"Pada pukul 18.18 WITA tadi awan malah semakin menebal sehingga kami mencoba meneliti bergantian menggunakan teropong dan memang tidak bisa, tidak ada tim kami yang dapat menyaksikan hilal," katanya
Atas hasil pemantauan hilal tersebut, Arjiman menjelaskan bahwa pihaknya juga telah melaporkan hasil pengamatan di wilayah Bali itu kepada Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama.
"Hasil ini kami sampaikan ke Jakarta sebagai bahan laporan pada sidang Isbat yang diselenggarakan di sana," katanya.
Ia menjelaskan, lokasi pemantauan di Pantai Jerman, Kuta itu sebenarnya sudah sangat ideal dan strategis untuk dapat mengamati hilal.
Baca juga: Strategi pilih menu buka-sahur agar tetap sehat
"Kami bersama BMKG sudah melakukan analisis dan sebenarnya tempat ini memang yang paling memungkinkan untuk bisa melihat hilal. Sebelumnya kami dalam praktek hisab rukyat juga menyelenggarakan praktek di tempat ini juga. Namun, ternyata hari ini awan cukup tebal jadi kami tidak dapat melihat hilal," katanya.
Pada kegiatan itu, Tim Hisab Rukyat Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bali juga tetap melakukan pemantauan hilal dengan melaksanakan sejumlah protokol pencegahan penyebaran COVID-19 seperti dengan menjaga jarak dan mewajibkan pengenaan masker bagi seluruh petugas pemantauan, demikian Arjiman.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021