Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Bali membatasi peserta vaksinasi COVID-19 hanya 20 orang per harinya, untuk mengantisipasi terjadinya kerumunan.
 
"Kami jadwalkan di sini per harinya 20 orang, dan kalau untuk nakes akan dilakukan sampai bulan April tapi sebagian sudah dan sebagian ada yang belum. Dalam daftarnya agak sulit ya karena siapa cepat dia duluan," kata Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang dr. Ketut Ariawati dalam konferensi pers di Denpasar, Bali, Jumat.
 
Ia mengatakan pembatasan 20 orang tersebut dilakukan untuk meminimalkan terjadinya kerumunan saat pemberian vaksin. Dia mengharapkan juga bagi seluruh nakes untuk tepat waktu sesuai dengan yang tertera dalam SMS vaksin COVID-19 agar tidak terjadi penumpukan.

Baca juga: 2.874 tenaga kesehatan di RS Sanglah Bali bakal divaksinasi
 
Pada hari pertama pemberian vaksin, tercatat ada 20 tenaga kesehatan RSUP Sanglah dan yang memenuhi syarat hanya 15 tenaga medis. Kata dia, dari yang tidak memenuhi syarat tersebut dominan karena hipertensi dan ada nakes dengan nama sama yang terdaftar.
 
"Untuk jatah vaksin kan seharusnya sesuai dengan jumlah pegawai yaitu sekitar 2.800 tapi pertemuan terakhir, kami akan diberikan per sekali periode. Walaupun begitu kami tetap menyiapkan produk cool box refrigerator untuk sebanyak 2.000 vaksin,"jelasnya.
 
Selain itu, untuk mengantisipasi KIPI atau efek samping setelah diberikan vaksin, pihak RSUP Sanglah telah menyiapkan tim yang bertugas langsung saat itu. Namun, hingga saat ini belum ada tenaga kesehatan yang menunjukkan gejala setelah divaksinasi.

Baca juga: RSUP Sanglah Denpasar siapkan 13 tempat penyimpanan vaksin COVID-19
 
"Kita di sini juga menyiagakan dokter bagian penyakit dalam kalau KIPI nya berkaitan dengan penyakit dalam. Seperti yang dijalankan atau diaturkan di dalam vaksinasi bahwa 30 menit harus diam ketika dia mendapat suatu reaksi, tim yang siaga juga sudah ada,"jelasnya.
 
Ia menambahkan bahwa RSUP Sanglah juga sedang menyiapkan perencanaan terkait dengan tenaga kesehatan yang batal divaksin. Menurutnya, ada beberapa nakes yang tiba-tiba terdeteksi hipertensi, kemungkinan karena faktor psikologi yang mempengaruhi karena akan divaksin.
 
"Yang batal divaksin sampai saat ini kami belum dapat petunjuk karena sebagian dari nakes belum dapat SMS dan mungkin akan dievaluasi. Sebagian besar yang datang tiba-tiba hipertensi mungkin saja ada faktor psikologi sehingga tiba-tiba naik tensinya, atau kepikiran karena mau divaksin. Jadi akan dievaluasi kembali apa benar hipertensi karena setelah mengisi form tersebut nakes tersebut tidak memiliki komorbid," katanya.
 
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021