Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) lebih suka disebut sebagai sosok humanis daripada pluralis.
"Beliau lebih suka disebut humanis karena toleransi itu ada bila sisi kemanusiaan seseorang itu lebih dominan," ujarnya saat menghadiri Haul Ke-11 Gus Dur oleh PW GP Ansor Jatim di Gedung PWNU Jatim secara daring, Rabu (30/12) malam.
Dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Kamis, ia menjelaskan ada wasiat Gus Dur minta agar batu nisannya ditulis "The Humanist Died Here" (Di sini berbaring seorang Humanis).
"Wasiat itu baru saya sampaikan saat Haul Ke-5 di dekat makam beliau di Tebuireng," ucap orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut.
Dalam kesempatan sama, Gubernur Khofifah mengaku cukup lama tidak mau memberikan testimoni tentang Gus Dur.
Baca juga: Alissa Wahid: Indonesia ada hingga sekarang karena keberagaman
Kendati sering mendampingi Gus Dur saat jalan-jalan pagi setelah Subuh di Istana Negara, namun ia akhirnya menyampaikan wasiat soal tulisan "Humanist" untuk nisan itu saat Haul Ke-5 di dekat makam Gus Dur.
"Bertahun-tahun, saya tidak mau menyampaikan testimoni tentang beliau, karena saya merasa hanya tukang kupas jagung rebus atau buah-buahan untuk beliau, termasuk mendampingi saat jalan-jalan setelah Subuh, tapi di dekat makam beliau akhirnya saya sampaikan wasiat yang disampaikan kepada saya sejak dua tahun sebelum wafat hingga tujuh hari menjelang wafat beliau," ungkap-nya.
Menurut mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan di era Presiden Gus Dur dan Mensos di era Presiden Jokowi itu, humanisme itu juga disampaikan Gus Dur ke seluruh dunia.
"Di AS, Gus Dur pernah bilang bahwa 'Di negeri saya, saya lindungi minoritas, maka tolong negara anda juga melindungi minoritas'," tutur-nya, mengutip Presiden Gus Dur.
Baca juga: Catatan Akhir Tahun - Gus Dur-Hindu Bali, FPI-Polri, dan radikalisasi digital 2021
Mantan anggota DPR dari PPP dan PKB itu menyatakan buku tentang Gus Dur yang memimpin negeri ini dalam 22 bulan lebih banyak daripada tentang Presiden Soeharto yang memimpin selama 30 tahunan.
"Tapi, buku yang ada mayoritas masih menunjukkan sosok Gus Dur sebagai pluralis, padahal Gus Dur lebih suka disebut sebagai humanis atau Bapak Kemanusiaan," tutur-nya.
Dalam sambutan pengantar, Ketua PW GP Ansor Jatim HM Syafiq Syauqi menyampaikan terima kasih atas dukungan Gubernur Khofifah karena salah seorang kader terbaik Gus Dur yang setia mendampingi hingga akhir hayatnya, dan terus mencontohkan nilai-nilai kemanusiaan yang dimasyarakatkan Gus Dur.
"Benar, pemikiran Gus Dur tentang kemanusiaan, humanisme, pluralisme, dan toleransi itulah menjadi jaminan kondusifitas kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya dalam haul yang diawali dengan pembacaan tahlil untuk Gus Dur dan para ulama tersebut.
Baca juga: PBNU: 234 ulama-tokoh NU wafat selama COVID-19
Dalam kaitan program distribusi lima juta masker medis Indonesia Maju ke seluruh wilayah Indonesia, PW GP Ansor Jawa Timur menyerahkan 100 ribu masker medis kepada Pemerintah Kabupaten Malang, untuk meningkatkan penerapan protokol kesehatan guna menekan penyebaran COVID-19.
Ketua PGWP Ansor Jawa Timur Syafiq Syauqi mengatakan bahwa penyerahan bantuan berupa 100 ribu masker medis kepada Pemerintah Kabupaten Malang tersebut, merupakan bentuk kepedulian untuk membantu penanganan COVID-19 di Indonesia.
"Kami mengajak pimpinan cabang, dan sahabat Ansor, untuk bergerak bersama, mendukung langkah pemerintah," kata Syafiq tentang bantuan yang diterima Bupati Malang M Sanusi untuk disalurkan kepada pondok pesantren, dan masyarakat desa se-Kabupaten Malang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Beliau lebih suka disebut humanis karena toleransi itu ada bila sisi kemanusiaan seseorang itu lebih dominan," ujarnya saat menghadiri Haul Ke-11 Gus Dur oleh PW GP Ansor Jatim di Gedung PWNU Jatim secara daring, Rabu (30/12) malam.
Dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Kamis, ia menjelaskan ada wasiat Gus Dur minta agar batu nisannya ditulis "The Humanist Died Here" (Di sini berbaring seorang Humanis).
"Wasiat itu baru saya sampaikan saat Haul Ke-5 di dekat makam beliau di Tebuireng," ucap orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut.
Dalam kesempatan sama, Gubernur Khofifah mengaku cukup lama tidak mau memberikan testimoni tentang Gus Dur.
Baca juga: Alissa Wahid: Indonesia ada hingga sekarang karena keberagaman
Kendati sering mendampingi Gus Dur saat jalan-jalan pagi setelah Subuh di Istana Negara, namun ia akhirnya menyampaikan wasiat soal tulisan "Humanist" untuk nisan itu saat Haul Ke-5 di dekat makam Gus Dur.
"Bertahun-tahun, saya tidak mau menyampaikan testimoni tentang beliau, karena saya merasa hanya tukang kupas jagung rebus atau buah-buahan untuk beliau, termasuk mendampingi saat jalan-jalan setelah Subuh, tapi di dekat makam beliau akhirnya saya sampaikan wasiat yang disampaikan kepada saya sejak dua tahun sebelum wafat hingga tujuh hari menjelang wafat beliau," ungkap-nya.
Menurut mantan Meneg Pemberdayaan Perempuan di era Presiden Gus Dur dan Mensos di era Presiden Jokowi itu, humanisme itu juga disampaikan Gus Dur ke seluruh dunia.
"Di AS, Gus Dur pernah bilang bahwa 'Di negeri saya, saya lindungi minoritas, maka tolong negara anda juga melindungi minoritas'," tutur-nya, mengutip Presiden Gus Dur.
Baca juga: Catatan Akhir Tahun - Gus Dur-Hindu Bali, FPI-Polri, dan radikalisasi digital 2021
Mantan anggota DPR dari PPP dan PKB itu menyatakan buku tentang Gus Dur yang memimpin negeri ini dalam 22 bulan lebih banyak daripada tentang Presiden Soeharto yang memimpin selama 30 tahunan.
"Tapi, buku yang ada mayoritas masih menunjukkan sosok Gus Dur sebagai pluralis, padahal Gus Dur lebih suka disebut sebagai humanis atau Bapak Kemanusiaan," tutur-nya.
Dalam sambutan pengantar, Ketua PW GP Ansor Jatim HM Syafiq Syauqi menyampaikan terima kasih atas dukungan Gubernur Khofifah karena salah seorang kader terbaik Gus Dur yang setia mendampingi hingga akhir hayatnya, dan terus mencontohkan nilai-nilai kemanusiaan yang dimasyarakatkan Gus Dur.
"Benar, pemikiran Gus Dur tentang kemanusiaan, humanisme, pluralisme, dan toleransi itulah menjadi jaminan kondusifitas kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya dalam haul yang diawali dengan pembacaan tahlil untuk Gus Dur dan para ulama tersebut.
Baca juga: PBNU: 234 ulama-tokoh NU wafat selama COVID-19
Dalam kaitan program distribusi lima juta masker medis Indonesia Maju ke seluruh wilayah Indonesia, PW GP Ansor Jawa Timur menyerahkan 100 ribu masker medis kepada Pemerintah Kabupaten Malang, untuk meningkatkan penerapan protokol kesehatan guna menekan penyebaran COVID-19.
Ketua PGWP Ansor Jawa Timur Syafiq Syauqi mengatakan bahwa penyerahan bantuan berupa 100 ribu masker medis kepada Pemerintah Kabupaten Malang tersebut, merupakan bentuk kepedulian untuk membantu penanganan COVID-19 di Indonesia.
"Kami mengajak pimpinan cabang, dan sahabat Ansor, untuk bergerak bersama, mendukung langkah pemerintah," kata Syafiq tentang bantuan yang diterima Bupati Malang M Sanusi untuk disalurkan kepada pondok pesantren, dan masyarakat desa se-Kabupaten Malang.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020