Denpasar (Antara Bali) - Gamelan gambang, salah satu instrumen musik tradisional yang diwarisi masyarakat Bali secara turun temurun memiliki ratusan gending (pupuh), namun sebagian besar tanpa disertai teks.

"Gending-gending gambang yang lebih populer dengan sebutan sekar alit (macapat) hingga kini masih lestari dalam kehidupan masyarakat kita, namun keberadaannya semakin langka," kata seniman I Wayan Sinti, MA (69) di Denpasar, Selasa.

Mantan dosen pada University of Washington School of Musik Amerika Serikat yang juga penulis buku "Gambang, Cikal Bakal Karawitan Bali" itu menambahkan, pihaknya pernah mengadakan penelitian tentang gamelan gambang di bererapat tempat di daerah ini.

Penelitian itu dilakukan  di pusat dokumentasi Kota Denpasar, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Desa Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Geria Taman Sari Sanur, Kota Denpasar, Desa Tangkas, Kabupaten Klungkung, serta di Kerobokan dan Banjar Sempidi Tengah, Kabupaten Badung.

Selain itu juga melakukan kegiatan yang sama di Banjar Gunung Pende Tumbak Bayu, Kabupaten Badung dan Padang Mulia, Kabupaten Buleleng.

Sinti menambahkan, sesuai hasil penelitian di berbagai tempat itu, kesenian kuno yang disakralkan tersebut telah ada sejak abad XI masa pemerintahan Prabu Erlangga, raja yang memerintah Bali dan Jawa Timur pada 1019-1042.(*/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012