Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menargetkan hingga akhir Juni 2020 sebanyak 100 ribu pengguna (merchant) di Pulau Dewata memanfaatkan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk transaksi pembayarannya.
"Apalagi, saya juga sudah minta dalam pedoman new normal hotel untuk era baru yang disusun Pemprov Bali untuk memasukkan komponen nontunai. Jadi, seluruh transaksi di bidang pariwisata menggunakan nontunai, diupayakan nontunai," katanya di Denpasar, Bali, Selasa.
Pihaknya optimistis target 100 ribu merchant tersebut bisa terpenuhi hingga akhir Juni mendatang, karena sampai saat ini sudah sekitar 96 ribu merchant di Bali yang telah menggunakan QRIS.
Diakuinya pertumbuhan merchant di Bali yang menggunakan QRIS sepanjang 2020 ini mengalami peningkatan yang signifikan, jika dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 yang tercatat sebanyak 25.483 merchant.
Trisno menambahkan merchant yang bisa didorong untuk menggunakan QRIS ini terutamanya di sektor pariwisata karena selama ini banyak sekali hotel dan vila yang belum memakai QRIS, demikian juga di bandara penggunaan QRIS juga tidak terlalu banyak.
Selain itu, yang bisa disasar dengan QRIS juga tempat yang menjadi daerah tujuan wisata (DTW).
"DTW kita punya 354, seperti Uluwatu, Penglipuran, Danau Beratan, itu belum menggunakan QRIS. Kita targetkan tidak banyak sekitar 20 atau 50 DTW menggunakan QRIS saja sudah bagus," ujarnya.
Potensi berikutnya, lanjut Trisno, penggunaan QRIS untuk punia bagi tempat-tempat ibadah seperti pura, gereja dan tempat ibadah lainnya. "Pura di Bali itu 'kan banyak, kami dorong juga untuk menggunakan QRIS," katanya.
Di samping, itu, masih banyak pasar tradisional di Bali yang belum mengunakan QRIS dari total sekitar 200 pasar tradisional yang ada. Selain pihaknya pun mendorong BPD Bali dan perbankan lainnya, dengan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk memasifkan penggunaan QRIS.
Menurut Trisno, menggunakan transaksi nontunai menjadi salah satu gaya hidup pascapandemi karena lebih aman dari sisi penyebaran COVID-19 dibandingkan menggunakan uang tunai.
"Bagi UMKM yang menerima pembayaran juga lebih aman karena uang langsung masuk ke rekening, terhindar dari risiko menerima uang palsu, dan juga tidak perlu memberikan uang kembalian," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya marapkan masyarakat semakin siap untuk bertransformasi dengan ikut serta menggunakan pembayaran digital seperti QRIS ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Apalagi, saya juga sudah minta dalam pedoman new normal hotel untuk era baru yang disusun Pemprov Bali untuk memasukkan komponen nontunai. Jadi, seluruh transaksi di bidang pariwisata menggunakan nontunai, diupayakan nontunai," katanya di Denpasar, Bali, Selasa.
Pihaknya optimistis target 100 ribu merchant tersebut bisa terpenuhi hingga akhir Juni mendatang, karena sampai saat ini sudah sekitar 96 ribu merchant di Bali yang telah menggunakan QRIS.
Diakuinya pertumbuhan merchant di Bali yang menggunakan QRIS sepanjang 2020 ini mengalami peningkatan yang signifikan, jika dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2019 yang tercatat sebanyak 25.483 merchant.
Trisno menambahkan merchant yang bisa didorong untuk menggunakan QRIS ini terutamanya di sektor pariwisata karena selama ini banyak sekali hotel dan vila yang belum memakai QRIS, demikian juga di bandara penggunaan QRIS juga tidak terlalu banyak.
Selain itu, yang bisa disasar dengan QRIS juga tempat yang menjadi daerah tujuan wisata (DTW).
"DTW kita punya 354, seperti Uluwatu, Penglipuran, Danau Beratan, itu belum menggunakan QRIS. Kita targetkan tidak banyak sekitar 20 atau 50 DTW menggunakan QRIS saja sudah bagus," ujarnya.
Potensi berikutnya, lanjut Trisno, penggunaan QRIS untuk punia bagi tempat-tempat ibadah seperti pura, gereja dan tempat ibadah lainnya. "Pura di Bali itu 'kan banyak, kami dorong juga untuk menggunakan QRIS," katanya.
Di samping, itu, masih banyak pasar tradisional di Bali yang belum mengunakan QRIS dari total sekitar 200 pasar tradisional yang ada. Selain pihaknya pun mendorong BPD Bali dan perbankan lainnya, dengan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk memasifkan penggunaan QRIS.
Menurut Trisno, menggunakan transaksi nontunai menjadi salah satu gaya hidup pascapandemi karena lebih aman dari sisi penyebaran COVID-19 dibandingkan menggunakan uang tunai.
"Bagi UMKM yang menerima pembayaran juga lebih aman karena uang langsung masuk ke rekening, terhindar dari risiko menerima uang palsu, dan juga tidak perlu memberikan uang kembalian," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya marapkan masyarakat semakin siap untuk bertransformasi dengan ikut serta menggunakan pembayaran digital seperti QRIS ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020