Denpasar (Antara Bali) - ASD, istri HR, pelaku utama pembunuhan satu keluarga di Kampial Residence, kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, ikut andil dalam aksi pembantaian tiga jiwa yang awalnya dilaporkan hilang misterius, Kamis (16/2).
Kepala Polresta Denpasar Kombes Pol I Wayan Sunartha, Senin mengatakan, ASD yang tak lain pembantu korban, ikut merencanakan pembunuhan I Made Purnabawa (27) beserta istrinya Ni Luh Ayu Sri Mahayoni (27) dan putri mereka Ni Wayan Risna Ayu Dewi (9), dengan tugas memberi kode saat kondisi aman.
"Apabila situasi aman, ASD memberi petunjuk untuk terus menjalankan aksi pembunuhan yang dilatarbelakangi motif dendam. Sedangkan anaknya yang masih balita, tidak tahu apa-apa," katanya.
HR mengaku dendam, karena upahnya bekerja yang seharusnya Rp700 ribu, oleh korban hanya dibayar Rp400 ribu. Bulan berikutnya juga seperti itu. Pelaku ASD dan HR yang bekerja selama empat bulan di rumah korban, juga mengaku pernah dituduh menggelapkan uang pembayaran listrik.
Dalam aksi pembantaian satu keluarga itu, ASD dan HR melibatkan empat orang pelaku lainnya, yakni AK, HRM dan SG yang ditangkap Minggu (26/2) di Probolinggo, Jatim, seorang lainnya, HD, masih dalam pengejaran polisi.
Pelaku AK mengaku, dia bersama pelaku lainnya oleh HR dijanjikan diberikan upah masing-masing Rp10 juta dari hasil penjualan mobil Toyota Kijang Innova milik korban yang hingga kini belum ditemukan keberadaannya. "Upah itu belum dibayarkan," ucap AK.(PWD/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Kepala Polresta Denpasar Kombes Pol I Wayan Sunartha, Senin mengatakan, ASD yang tak lain pembantu korban, ikut merencanakan pembunuhan I Made Purnabawa (27) beserta istrinya Ni Luh Ayu Sri Mahayoni (27) dan putri mereka Ni Wayan Risna Ayu Dewi (9), dengan tugas memberi kode saat kondisi aman.
"Apabila situasi aman, ASD memberi petunjuk untuk terus menjalankan aksi pembunuhan yang dilatarbelakangi motif dendam. Sedangkan anaknya yang masih balita, tidak tahu apa-apa," katanya.
HR mengaku dendam, karena upahnya bekerja yang seharusnya Rp700 ribu, oleh korban hanya dibayar Rp400 ribu. Bulan berikutnya juga seperti itu. Pelaku ASD dan HR yang bekerja selama empat bulan di rumah korban, juga mengaku pernah dituduh menggelapkan uang pembayaran listrik.
Dalam aksi pembantaian satu keluarga itu, ASD dan HR melibatkan empat orang pelaku lainnya, yakni AK, HRM dan SG yang ditangkap Minggu (26/2) di Probolinggo, Jatim, seorang lainnya, HD, masih dalam pengejaran polisi.
Pelaku AK mengaku, dia bersama pelaku lainnya oleh HR dijanjikan diberikan upah masing-masing Rp10 juta dari hasil penjualan mobil Toyota Kijang Innova milik korban yang hingga kini belum ditemukan keberadaannya. "Upah itu belum dibayarkan," ucap AK.(PWD/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012