Pengamat pariwisata Sapta Nirwandar menyarankan para pelaku industri pariwisata menjalankan tujuh protokol kesehatan agar bisa beradaptasi dalam kondisi "New Normal" yang timbul dari pandemi COVID-19.
"Apa saja protokol kesehatannya? Pertama, modifikasi cara kerja, kemudian implementasi perilaku minim sentuhan atau touchless, lalu sanitasi yang harus diperbaiki dengan menyesuaikan protokol kesehatan," ujar Sapta dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu.
Selain itu Sapta menambahkan bahwa para pelaku industri pariwisata perlu menjalankan pemeriksaan kesehatan dan sertifikasi kesehatan bagi para pekerja di sektor pariwisata.
Baca juga: ASEAN sepakati tujuh perkuatan kerja sama pariwisata saat pandemi COVID-19
"Perlu dilakukan agar pekerja mereka bebas dari COVID-19 sehingga wisatawan aman untuk datang dan berkunjung. Ini juga memberikan keuntungan bagi pelaku industri pariwisata seperti Hotel A bebas COVID-19," kata mantan wakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut.
Selain itu, para pelaku pariwisata, lanjut dia, perlu juga melakukan rapid test yang biayanya tidak terlalu mahal, lalu perlunya menerapkan praktek baru untuk akomodasi makanan dan minuman bagi keamanan serta kesehatan para pengunjung seperti penggunaan wadah makanan atau piring sekali pakai.
"Hal terpenting adalah berbagi tanggung jawab atau share responsibilities antara pelaku bisnis dan pengunjung," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf siapkan Rp500 miliar selamatkan pariwisata dan ekraf
Sebelumya, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh mengatakan pascapandemi diperkirakan akan terjadi kondisi new normal atau tren baru dalam berwisata dengan wisatawan akan lebih memperhatikan protokol-protokol wisata, terutama yang terkait dengan kesehatan, keamanan, kenyamanan, sustainable and responsible tourism, dan authentic digital ecosystem.
Menurut dia, hal-hal seperti ini akan menjadi platform ke depan, bagaimana pariwisata berkelanjutan jadi sebuah konsekuensi dari bagian pengembangan pariwisata.
Pengelola diajak memanfaatkan momentum penutupan kawasan wisata akibat pandemi COVID-19 untuk mengevaluasi dan menata ulang tempat wisatanya, sehingga menghadirkan kesan yang lebih baik bagi wisatawan termasuk mulai menerapkan pariwisata berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Apa saja protokol kesehatannya? Pertama, modifikasi cara kerja, kemudian implementasi perilaku minim sentuhan atau touchless, lalu sanitasi yang harus diperbaiki dengan menyesuaikan protokol kesehatan," ujar Sapta dalam diskusi daring di Jakarta, Sabtu.
Selain itu Sapta menambahkan bahwa para pelaku industri pariwisata perlu menjalankan pemeriksaan kesehatan dan sertifikasi kesehatan bagi para pekerja di sektor pariwisata.
Baca juga: ASEAN sepakati tujuh perkuatan kerja sama pariwisata saat pandemi COVID-19
"Perlu dilakukan agar pekerja mereka bebas dari COVID-19 sehingga wisatawan aman untuk datang dan berkunjung. Ini juga memberikan keuntungan bagi pelaku industri pariwisata seperti Hotel A bebas COVID-19," kata mantan wakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif tersebut.
Selain itu, para pelaku pariwisata, lanjut dia, perlu juga melakukan rapid test yang biayanya tidak terlalu mahal, lalu perlunya menerapkan praktek baru untuk akomodasi makanan dan minuman bagi keamanan serta kesehatan para pengunjung seperti penggunaan wadah makanan atau piring sekali pakai.
"Hal terpenting adalah berbagi tanggung jawab atau share responsibilities antara pelaku bisnis dan pengunjung," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf siapkan Rp500 miliar selamatkan pariwisata dan ekraf
Sebelumya, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh mengatakan pascapandemi diperkirakan akan terjadi kondisi new normal atau tren baru dalam berwisata dengan wisatawan akan lebih memperhatikan protokol-protokol wisata, terutama yang terkait dengan kesehatan, keamanan, kenyamanan, sustainable and responsible tourism, dan authentic digital ecosystem.
Menurut dia, hal-hal seperti ini akan menjadi platform ke depan, bagaimana pariwisata berkelanjutan jadi sebuah konsekuensi dari bagian pengembangan pariwisata.
Pengelola diajak memanfaatkan momentum penutupan kawasan wisata akibat pandemi COVID-19 untuk mengevaluasi dan menata ulang tempat wisatanya, sehingga menghadirkan kesan yang lebih baik bagi wisatawan termasuk mulai menerapkan pariwisata berkelanjutan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020