Dolar AS mencatat penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari satu dekade pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), ketika triliunan dolar stimulus oleh pemerintah dan bank sentral digelontorkan untuk meredam kejatuhan di pasar global akibat pandemi Virus Corona.
Dolar melonjak pada Maret karena jatuhnya pasar saham dan surat utang menyebabkan perebutan mata uang paling likuid di dunia.
Tetapi janji belanja pemerintah yang besar dan upaya terkoordinasi oleh bank sentral di seluruh dunia untuk meningkatkan pasokan dolar telah mendukung reli dalam mata uang utama lainnya.
Dewan Perwakilan AS pada Jumat (27/3/2020) menyetujui paket bantuan senilai 2,2 triliun dolar AS - yang terbesar dalam sejarah Amerika - untuk membantu warga dan bisnis mengatasi kemerosotan ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah Virus Corona.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya melemah 0,87 persen pada Jumat (27/3/2020) menjadi 98,41. Indeks jatuh 3,90 persen minggu ini - penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2009.
Indeks dolar pekan lalu telah mengumpulkan kenaikan mingguan terbesar sejak krisis keuangan.
“Apa yang kami lihat adalah mengurangi tekanan di pasar uang. Tindakan oleh bank-bank sentral telah berhasil sejauh ini dan kekurangan dolar telah dapat dipenuhi," kata Kepala Riset Valas dan Komoditas Commerzbank, Ulrich Leuchtmann.
Setelah perubahan harga besar-besaran bulan ini, investor cenderung aktif menyeimbangkan kembali pembukuan mereka untuk akhir bulan dan kuartal.
Komite Valuta Asing Global pada Kamis (26/3/2020) memperingatkan beberapa sesi mendatang bisa berubah-ubah karena pelaku pasar melakukan perdagangan yang lebih besar dari biasanya sebagai bagian dari proses ini.
Terhadap yen, dolar jatuh 1,56 persen pada Jumat (27/3/2020) menjadi 107,87 yen, karena investor dan perusahaan Jepang memulangkan dana sebelum tahun fiskal mereka berakhir minggu depan.
Euro menguat 0,83 persen terhadap greenback menjadi 1,1119 dolar. Sterling melonjak 2,07 persen menjadi 1,2454 dolar dan dolar Australia terangkat 1,78 persen menjadi 0,6171 dolar.
Spekulan meningkatkan posisi net short dolar dalam pekan terakhir menjadi 8,88 miliar dolar AS, dari 8,27 miliar dolar AS pada pekan sebelumnya, menurut perhitungan oleh Reuters dan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada Jumat (27/3/2020).
"Sekarang lonjakan permintaan dolar di luar negeri telah dipenuhi oleh jalur swap baru yang lebih baik dari Fed," Kepala Penelitian Investasi BDSwiss Group, Marshall Gittler, mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat (27/3/2020).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
Dolar melonjak pada Maret karena jatuhnya pasar saham dan surat utang menyebabkan perebutan mata uang paling likuid di dunia.
Tetapi janji belanja pemerintah yang besar dan upaya terkoordinasi oleh bank sentral di seluruh dunia untuk meningkatkan pasokan dolar telah mendukung reli dalam mata uang utama lainnya.
Dewan Perwakilan AS pada Jumat (27/3/2020) menyetujui paket bantuan senilai 2,2 triliun dolar AS - yang terbesar dalam sejarah Amerika - untuk membantu warga dan bisnis mengatasi kemerosotan ekonomi yang ditimbulkan oleh wabah Virus Corona.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang lainnya melemah 0,87 persen pada Jumat (27/3/2020) menjadi 98,41. Indeks jatuh 3,90 persen minggu ini - penurunan mingguan terbesar sejak Maret 2009.
Indeks dolar pekan lalu telah mengumpulkan kenaikan mingguan terbesar sejak krisis keuangan.
“Apa yang kami lihat adalah mengurangi tekanan di pasar uang. Tindakan oleh bank-bank sentral telah berhasil sejauh ini dan kekurangan dolar telah dapat dipenuhi," kata Kepala Riset Valas dan Komoditas Commerzbank, Ulrich Leuchtmann.
Setelah perubahan harga besar-besaran bulan ini, investor cenderung aktif menyeimbangkan kembali pembukuan mereka untuk akhir bulan dan kuartal.
Komite Valuta Asing Global pada Kamis (26/3/2020) memperingatkan beberapa sesi mendatang bisa berubah-ubah karena pelaku pasar melakukan perdagangan yang lebih besar dari biasanya sebagai bagian dari proses ini.
Terhadap yen, dolar jatuh 1,56 persen pada Jumat (27/3/2020) menjadi 107,87 yen, karena investor dan perusahaan Jepang memulangkan dana sebelum tahun fiskal mereka berakhir minggu depan.
Euro menguat 0,83 persen terhadap greenback menjadi 1,1119 dolar. Sterling melonjak 2,07 persen menjadi 1,2454 dolar dan dolar Australia terangkat 1,78 persen menjadi 0,6171 dolar.
Spekulan meningkatkan posisi net short dolar dalam pekan terakhir menjadi 8,88 miliar dolar AS, dari 8,27 miliar dolar AS pada pekan sebelumnya, menurut perhitungan oleh Reuters dan data Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS yang dirilis pada Jumat (27/3/2020).
"Sekarang lonjakan permintaan dolar di luar negeri telah dipenuhi oleh jalur swap baru yang lebih baik dari Fed," Kepala Penelitian Investasi BDSwiss Group, Marshall Gittler, mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat (27/3/2020).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020