Bersepeda bisa menjadi pilihan warga Jakarta dan kota lainnya di Indonesia untuk menghindari sebaran Virus Corona COVID-19 terutama dari kerumunan massa di transportasi umum.
"Kegiatan bersepeda sebagai alat transportasi menjadi 'salah satu cara' untuk mencegah sebaran virus Corona," kata Ketua Komunitas Bike2Work (b2w) Indonesia, Poetoet Soedarjanto saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Kegiatan bersepeda di tengah wabah pedemi Corona mulai digalakkan oleh sejumlah masyarakat di dunia seperti hal di New York, Amerika Serikat.
Sebuah artikel menuliskan masyarakat New York memilih bersepeda untuk menghindari sebaran Virus Corona dari kerumunan massa ditransportasi publik.
Poetoet mengatakan apa yang dilakukan masyarakat New York sangat bisa dilakukan di Jakarta dan ibu kota lainnya di Indonesia.
"Sangat bisa, kami (b2w) sudah mengkampanyekan hal itu, hanya saja masyarakat kita aja yang malas (bersepeda)," kata Poetoet.
Poetoet mengatakan dengan bersepeda selain menghindari kerumunan massa di satu tempat dalam satu waktu, juga bersepeda akan meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, lanjut dia, bersepeda di tengah wabah yang merebak di dunia saat ini tentu cara bersepedanya berbeda yakni menghindari kontak yang sangat dekat dengan orang lain.
Bersepeda bisa dilakukan tidak berbarengan dengan yang lain, jarak antar pesepeda dijaga dan saat berhenti tidak berkerumun.
"Yang harus menjadi perhatian adalah, saya bukan orang yang berkompeten untuk menjabarkan hubungan corona dengan bersepeda, namun semua yang saya sampaikan lebih kepada upaya untuk mencegah, jadi mohon untuk tidak salah mengartikan," kata Poetoet.
Menurut Poetoet, membeludaknya antrean pengguna tranportasi publik pada hari pertama pembatasan layanan yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta guna mencegah sebaran Corona, Senin (16/3) jadi pelajaran berharga, dan sudah saatnya masyarakat beralih menjadikan sepeda sebagai alat transportasi.
Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi di wilayah terpapar Corona kian meningkat selain New York juga di Chicago, walau ada juga negara yang jumlah pengguna sepedanya menurun seperti Seattle dan San Fransisco, tapi jumlah pengguna sepeda di negara itu lebih banyak di bandingkan Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Untuk mencegah sebaran corona dari kerumunan massa di transportasi umum, bersepeda bisa jadi pilihan transportasi masyarakat Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia seperti halnya dilakukan masyarakat New York melawan corona.
"Semua kota pada dasarnya bisa meniru, tetapi tentu harus menyesuaikan kondisi sebaran corona itu sendiri," kata Poetoet.
Poetoet mengapresiasi langkah yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkampanye mengajak masyarakat lakukan pencegahan COVID-19 dengan gowes berkeliling Kota Semarang, Minggu (15/3) dengan mengenakan kaos bertuliskan "Bersama Lawan Corona".
Tidak hanya Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, aktor sekaligus mantan Gubernur California, Arnold Schwarzeneger juga mengkampanyekan bersepeda melalui laman sosial mediannya.
"Cara yang mereka lakukan sekilas mirip dengan apa yang saya sampaikan," kata Poetoet.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Kegiatan bersepeda sebagai alat transportasi menjadi 'salah satu cara' untuk mencegah sebaran virus Corona," kata Ketua Komunitas Bike2Work (b2w) Indonesia, Poetoet Soedarjanto saat dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Kegiatan bersepeda di tengah wabah pedemi Corona mulai digalakkan oleh sejumlah masyarakat di dunia seperti hal di New York, Amerika Serikat.
Sebuah artikel menuliskan masyarakat New York memilih bersepeda untuk menghindari sebaran Virus Corona dari kerumunan massa ditransportasi publik.
Poetoet mengatakan apa yang dilakukan masyarakat New York sangat bisa dilakukan di Jakarta dan ibu kota lainnya di Indonesia.
"Sangat bisa, kami (b2w) sudah mengkampanyekan hal itu, hanya saja masyarakat kita aja yang malas (bersepeda)," kata Poetoet.
Poetoet mengatakan dengan bersepeda selain menghindari kerumunan massa di satu tempat dalam satu waktu, juga bersepeda akan meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, lanjut dia, bersepeda di tengah wabah yang merebak di dunia saat ini tentu cara bersepedanya berbeda yakni menghindari kontak yang sangat dekat dengan orang lain.
Bersepeda bisa dilakukan tidak berbarengan dengan yang lain, jarak antar pesepeda dijaga dan saat berhenti tidak berkerumun.
"Yang harus menjadi perhatian adalah, saya bukan orang yang berkompeten untuk menjabarkan hubungan corona dengan bersepeda, namun semua yang saya sampaikan lebih kepada upaya untuk mencegah, jadi mohon untuk tidak salah mengartikan," kata Poetoet.
Menurut Poetoet, membeludaknya antrean pengguna tranportasi publik pada hari pertama pembatasan layanan yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta guna mencegah sebaran Corona, Senin (16/3) jadi pelajaran berharga, dan sudah saatnya masyarakat beralih menjadikan sepeda sebagai alat transportasi.
Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi di wilayah terpapar Corona kian meningkat selain New York juga di Chicago, walau ada juga negara yang jumlah pengguna sepedanya menurun seperti Seattle dan San Fransisco, tapi jumlah pengguna sepeda di negara itu lebih banyak di bandingkan Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Untuk mencegah sebaran corona dari kerumunan massa di transportasi umum, bersepeda bisa jadi pilihan transportasi masyarakat Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia seperti halnya dilakukan masyarakat New York melawan corona.
"Semua kota pada dasarnya bisa meniru, tetapi tentu harus menyesuaikan kondisi sebaran corona itu sendiri," kata Poetoet.
Poetoet mengapresiasi langkah yang dilakukan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkampanye mengajak masyarakat lakukan pencegahan COVID-19 dengan gowes berkeliling Kota Semarang, Minggu (15/3) dengan mengenakan kaos bertuliskan "Bersama Lawan Corona".
Tidak hanya Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, aktor sekaligus mantan Gubernur California, Arnold Schwarzeneger juga mengkampanyekan bersepeda melalui laman sosial mediannya.
"Cara yang mereka lakukan sekilas mirip dengan apa yang saya sampaikan," kata Poetoet.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020