Stres bisa berdampak buruk untuk kesehatan, salah satunya memicu munculnya penyakit autoimun, menurut dokter spesialis penyakit dalam dari rumah sakit St. Carolus, Jakarta dr. Laurentius Aswin Pramono.
"Autoimun tidak hanya dipicu genetik tetapi juga faktor lingkungan. Kalau tidak diobati seperti lupus, bisa berbahaya. Stres sangat erat kaitannya dengan penyakit autoimun," ujar dia di Jakarta, Senin.
Laman Healthline menyebutkan, penyakit autoimun juga dicurigai muncul karena konsumsi makanan tinggi lemak, tinggi gula dan olahan yang memicu peradangan dan respons pada sistem kekebalan. Namun, ini belum terbukti.
Seseorang yang terkena penyakit autoimun mengalami masalah dalam sistem kekebalan tubuh sehingga secara keliru menyerang tubuh.
Sejumlah penyakit autoimun yakni psoriasis, multiple sclerosis (MS), penyakit Grave, penyakit Addison, Sjögren’s syndrome dan Hashimoto’s thyroiditis.
Beberapa penyakit autoimun hanya menargetkan satu organ misalnya diabetes tipe 1 yang merusak pankreas. Sementara penyakit lain, seperti systemic lupus erythematosus (SLE), mempengaruhi seluruh tubuh.
Kelola stres
Seorang penulis lima buku terlaris di New York Times sekaligus perintis bidang kedokteran fungsional dan integratif, Dr. Frank Lipman seperti dilansir Medical Daily pernah mengatakan, stres sebenarnya baik untuk Anda. Misalnya karena kesulitan fisik saat berpuasa dan olahraga intensitas tinggi.
Intinya, tubuh Anda sedikit ditekan agar dapat menangani stres yang lebih besar dengan lebih baik. Tetapi, jangan sampai membuat tubuh menderita.
Namun agar stres tak berkembang menjadi depresi, Anda perlu mengelolanya antara lain melakukan kegiatan yang Anda sukai seperti mendengarkan musik, atau berlibur seperti yang dr. Aswin sarankan.
Sementara itu, psikiater dari Asosiasi Psikiatri Indonesia wilayah DKI Jakarta, Dr. Eva Suryani pernah menyarankan Anda memahami gejala dini stres dan penyebab Anda mengalaminya.
Dalam hal ini Anda membutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik agar mampu menghadapi kondisi yang tak sesuai harapan Anda.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Autoimun tidak hanya dipicu genetik tetapi juga faktor lingkungan. Kalau tidak diobati seperti lupus, bisa berbahaya. Stres sangat erat kaitannya dengan penyakit autoimun," ujar dia di Jakarta, Senin.
Laman Healthline menyebutkan, penyakit autoimun juga dicurigai muncul karena konsumsi makanan tinggi lemak, tinggi gula dan olahan yang memicu peradangan dan respons pada sistem kekebalan. Namun, ini belum terbukti.
Seseorang yang terkena penyakit autoimun mengalami masalah dalam sistem kekebalan tubuh sehingga secara keliru menyerang tubuh.
Sejumlah penyakit autoimun yakni psoriasis, multiple sclerosis (MS), penyakit Grave, penyakit Addison, Sjögren’s syndrome dan Hashimoto’s thyroiditis.
Beberapa penyakit autoimun hanya menargetkan satu organ misalnya diabetes tipe 1 yang merusak pankreas. Sementara penyakit lain, seperti systemic lupus erythematosus (SLE), mempengaruhi seluruh tubuh.
Kelola stres
Seorang penulis lima buku terlaris di New York Times sekaligus perintis bidang kedokteran fungsional dan integratif, Dr. Frank Lipman seperti dilansir Medical Daily pernah mengatakan, stres sebenarnya baik untuk Anda. Misalnya karena kesulitan fisik saat berpuasa dan olahraga intensitas tinggi.
Intinya, tubuh Anda sedikit ditekan agar dapat menangani stres yang lebih besar dengan lebih baik. Tetapi, jangan sampai membuat tubuh menderita.
Namun agar stres tak berkembang menjadi depresi, Anda perlu mengelolanya antara lain melakukan kegiatan yang Anda sukai seperti mendengarkan musik, atau berlibur seperti yang dr. Aswin sarankan.
Sementara itu, psikiater dari Asosiasi Psikiatri Indonesia wilayah DKI Jakarta, Dr. Eva Suryani pernah menyarankan Anda memahami gejala dini stres dan penyebab Anda mengalaminya.
Dalam hal ini Anda membutuhkan kemampuan beradaptasi yang baik agar mampu menghadapi kondisi yang tak sesuai harapan Anda.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020