Bupati Bangli I Made Gianyar mengajak masyarakat, khususnya di kawasan Kitamani, menanam bambu sebagai bagian dari gerakan bersama menjaga hutan dan sumber-sumber air di Bali.
"Selain sebagai tanaman penyangga jurang, bambu juga merupakan jenis tanaman yang sangat berguna untuk menarik dan menyimpan air tanah," katanya saat melaksanakan penanaman bambu, kerja sama Pemerintah Kabupaten Bangli dan Yayasan Kryasta Guna di jaba Pura Dalem, Desa Bunutin, Kintamani, Minggu.
Acara itu juga dihadiri oleh sejumlah pimpinan OPD terkait, Ketua Yayasan Kryasta Guna Wayan Gunarta, dan masyarakat Desa Bunutin.
Melalui kegiatan itu, ia mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga kawasan Kintamani sebagai daerah penyangga air di Bali.
Menurut dia, jika kawasan Kintamani beralih fungsi dengan hutan-hutan mulai ditebangi, Bali pada masa mendatang krisis air.
“Memang saya sempat mengeluarkan ancaman, kalau sebagai daerah konservasi, Bangli tidak diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten yang berkepentingan dengan sumber air dari Bangli, maka saya akan menguruk sungai dengan sampah. Itu kan hanya sebatas ancaman, agar Bangli bisa lebih diperhatikan. Dan faktanya sekarang kan saya dan masyarakat menanam bambu untuk melestarikan sumber air di Bali, mohon juga pengertian Bapak Gubernur Bali dan bupati yang daerahnya berkepentingan air dari Bangli,“ katanya.
Ia menambahkan saat ini kecenderungan masyarakat Kintamani, khususnya di daerah aliran sungai (DAS), banyak menebang pohon bambu dan mengganti dengan tanaman jeruk.
Ia berpendapat, hal itu wajar karena masyarakat beranggapan dengan menanam jeruk, hasil yang mereka dapatkan secara ekonomi jauh lebih besar daripada menanam bambu.
Sebagai Bupati Bangli, ia juga tidak bisa melarang masyarakat yang mau mengganti tanaman bambu di lahannya dengan jeruk.
Ia berpendapat, mungkin solusi masalah itu, Pemerintah Provinsi Bali dan kabupaten yang berkepentingan akan air dari Bangli bisa menyiapkan insentif bagi masyarakat yang mau menanam bambu di lahan milik pribadinya atau desa yang bisa menjaga hutan desa.
“Mungkin solusi yang bisa dicoba untuk mengatasi permasalahan ini (krisis hutan bambu, red.), Gubernur Bali dan para bupati bisa menyiapkan insentif bagi petani yang mau menanam dan memelihara hutan bambu. Setiap menanam bambu, berikan mereka insentif. Paling tidak insentif yang diberikan sesuai dengan pendapatan mereka jika menanam jeruk. Jika penghasilannya sama, tentu mereka tidak akan mengganti bambu dengan jeruk,“ katanya.
Pada kesempatan itu, Bupati Made Gianyar juga mengingatkan masyarakat setempat akan pentingnya menjaga hutan desa.
Meskipun kenyataannya saat ini banyak hutan desa yang pohon-pohonnya mulai ditebangi, ia tetap menggugah kesadaran tokoh dan masyarakat agar mulai menanami hutan desa dengan bambu atau pepohonan lain.
“Saya minta kesadaran dari para tokoh untuk menjaga hutan desa. Kalau masih ada laba pura yang bisa dimanfaatkan untuk hutan, lebih baik distatuskan menjadi hutan desa atau hutan adat, sambil menunggu kebijakan pemberian insentif dari Bapak Gubernur Bali dan para bupati yang berkepentingan akan air dari Bangli. Dengan begitu sumber air akan terjaga dan tidak tertutup kemungkinan akan muncul sumber-sumber air baru di Bangli,“ katanya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Perhutanan Kabupaten Bangli I Wayan Sarma mengatakan penanaman bambu merupakan kegiatan rutin Pemkab Bangli bekerja sama dengan Yayasan Kryasta Guna. Sedikitnya 18 ribu bambu ditaman sejak 2013.
“Untuk hari ini ada tiga jenis bambu yang ditanam. Ada bambu petung, bambu tali, dan bambu hias dengan jumlah mencapai 2.500 batang bambu,“ katanya.
Ia mengatakan tujuan kegiatan itu selain menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya fungsi bambu sebagai tanaman penyangga, juga mengembalikan peran Bangli sebagai kabupaten penghasil hasil hutan bukan kayu (HHBK).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2019