Jakarta (Antara Bali) - Gelombang Bono di Sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau, berpotensi untuk dikembangkan sebagai arena olah raga sekaligus ekowisata dunia.

Meski demikian, kata Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kemenhut, Darori, di Jakarta, Minggu, pengembangan potensi jasa ekowisata ini perlu mendapatkan dukungan dari banyak pihak.

Gelombang Bono yang berlangsung September hingga April setiap tahun terjadi karena pertemuan dua arus dari sungai dan arus laut. Gelombang itu kini banyak dimanfaatkan para peselancar dunia.

Darori mengingatkan, dalam upaya mengembangkan Gelombang Bono sebagai olah raga harus diperhatikan banyak hal, terutama menyangkut keselamatan jiwa.

"Biar bagaimana pun Gelombang Bono adalah fenomena alam yang dapat berubah setiap saat dan tetap harus diwaspadai," katanya.

Sementara itu, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Kusnan Rahmin, mengatakan, Gelombang Bono yang berada di dekat wilayah konsesi RAPP, berpotensi dikembangkan sebagai ekowisata dan bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar dari peluang usaha wisata.

Gelombang Bono, ungkap Kusnan, adalah fenomena alam yg langka dan hanya ada di empat sungai dunia, termasuk sungai Kampar dan Amazon. "Menjadi komitmen kami untuk ikut membantu mempromosikan keistimewaan gelombang langka di Teluk Meranti itu," ucapnya.(*)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2011